Minggu, 12 Maret 2017

Pemberian Nutrisi Eternal melalui Enema


Disusun Oleh  
              Isyfi Aulia A       (P07120116019)
              Mita Tri M          (P07120116020)
              Putri Aisyah        (P07120116021)



          Enema merupakan prosedur memasukkan cairan ke dalam kolon melalui anus yang bertujuan untuk mengurangi konstirpasi yang hebat. Proses ini membantu pengeluaran pembuangan  dari rectum saat kita tidak bisa melakukannya secara alami. Fungsi lain dari enema adalah untuk membersihkan usus besar dan mendeteksi adanya kanker usus serta polip.
Tindakan enema paling sering digunakan untuk membersihkan usus besar,ketika olahraga dan diet tidak mampu membersihkannya. Biasanya dokter akan memberikan solusi obat pencahar sebelum mencoba tindakan enema. Biasanya obat pencahar diberikan pada malam hari atau sebelum melakukan enema untuk mendorong cairan agar mudah keluar.

           Enema juga dapat digunakan sebelum pemeriksaan kesehatan usus besar. Dokter menyarankan melakukan enema sebelum X-ray dari usus besar untuk mendeteksi polip sehingga mereka bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas. Prosedur ini juga dapat dilakukan sebelum kolonoskopi.
Sembelit, kelelahan, sakit kepala, dan sakit punggung bisa dikurangi dengan enema. Selama enema pembersihan, diperlukan air dengan konsentrasi kecil sebagai pelunak feses, baking soda, atau cuka sari apel yang  digunakan untuk merangsang pergerakan usus besar. pembersihan enema harus merangsang isi perut.
 
Pedoman enema :
 
 1. Gunakan rectal tube dengan ukuran yang tepat, untuk orang dewasa biasanya no.22-30; anak-anak menggunakan tube yang kecil seperti no.12 untuk bayi; no.14-18 untuk anak todler atau anak usia sekolah.
2. Rectal tube harus licin dan fleksibel, dengan 1 atau 2 pembuka pada ujung dimana larutan mengalir. Biasanya terbuat dari karet atau plastik. Beberapa tube yang ujungnya tajam dan kasar seharusnya tidak digunakan, karena kemungkinan rusaknya membran mukosa pada rektum. Rectal tube dilumasi dengan jelly/pelumas untuk memudahkan pemasukannya dan mengurangi iritasi pada mukosa rektum.

3. Enema untuk orang dewasa biasanya diberikan pada suhu 40,5-43 0C, untuk anak-anak 37,7 0C. Beberapa retensi enema diberikan pada suhu 33 0C. Suhu yang tinggi bisa berbahaya untuk mukosa usus; suhu yang dingin tidak nyaman untuk klien dan dapat menyebabkan spasme pada otot spinkter.

4. Jumlah larutan yang diberikan tergantung pada jenis enema, usia dan ukuran tubuh klien dan jumlah cairan yang bisa disimpan
5. Ketika enema diberikan, klien biasanya mengambil posisi lateral kiri, sehingga kolon sigmoid berada di bawah rektum sehingga memudahkan pemasukan cairan. Selama high enema, klien mengubah posisinya dari lateral kiri ke dorsal recumbent, kemudian lateral kanan. Pada posisi ini seluruh kolon dijangkau oleh air.
6. Insesrsi tube tergantung pada usia dan ukuran klien. Pada orang dewasa, biasanya dimasukkan 7,5 sampai 10cm, pada anak-anak 5-7,5cm dan pada bayi hanya 2,5-3,75 cm. Jika obstruksi dianjurkan ketika tube dimasukkan, tube harus ditarik dan obstruksi terjadi.
7. Kekuatan aliran larutan ditentukan oleh:
a. tingginya wadah larutan
b. ukuran tube
c. kekentalan cairan
d. tekanan rektum
Enema pada sebagian orang dewasa, wadah larutan tidak boleh lebih tinggi dari 30cm di atas rektum. Selama high enema, wadah larutan biasanya 30-45cm di atas rektum, karena cairan dimasukkan lebih jauh untuk membersihkan seluruh usus. Untuk bayi, wadah larutan tidak boleh lebih dari 7,5 cm di atas rektum.
8. Waktu yang diperlukan untuk memasukkan enema sebagian besar tergantung pada jumlah cairan yang dimasukkan dan toleransi klien. Volume yang banyak seperti 1000ml, mungkin membutuhkan waktu 10-15 menit. Untuk membantu klien menahan larutan, perawat dapat menekan pantatnya, agar terjadi tekanan di luar area anal.
9. Ketika larutan enema berada di dalam tubuh, klien mungkin merasa gembung, dan rasa tidak nyaman pada abdomen.
10. Ketika klien BAB, perawat bisa membantunya ke kamar kecil, tergantung pada pilihan klien dan kondisi fisik.
11. Pada pemberian enema yang dilakukan sendiri, orang dewasa dapat diatur posisi litotomi.
12. Ketika pemberian enema pada bayi, kaki bayi bisa ditahan dengan popok.
Prosedur melakukan enema :
1.      Pintu ditutup/pasang sampiran
2.       Mencuci tangan
3.       Perawat berdiri di sebelah kanan klien dan pasang sarung tangan
4.       Pasang perlak dan pengalas
5.       Pasang selimut mandi sambil pakaian bagian bawah klien ditanggalkan
6.       Atur posisi klien sim kiri
7.       Sambung selang karet dan klem (tertutup) dengan irrigator
8.       Isi irigator dengan cairan yang sudah disediakan
9.       Gantung irigator dengan ketinggian 40-50 cm dari bokong klien
10.   Keluarkan udara dari selang dengan mengalirkan cairan ke dalam bengkok
11.   Pasang kanule rekti dan olesi dengan jelly
12.   Masukkan kanule ke anus, klem dibuka, masukkan cairan secara perlahan
13.   Jika cairan habis, klem selang dan cabut kanul dan masukkan kedalam bengkok
14.   Atur kembali posisi klien dan minta klien menahan sebentar
15.   Bantu klien ke WC jika mampu, jika tidak tetap dalam posisi miring lalu pasang pispot dipantat klien.
16.   Klien dirapihkan 
17.   Alat dirapikan kembali
18.   Mencuci tangan
19.  Catat hasil dari tindalan yang dilakukan

Pemberian nutrisi eternal melalui NGT
         Naso gastrik tube NGT adalah alat yang digunakan untuk memasukkan nutrisi cair dengan selang plastic yang dipasang lewat hidung sampai lambung. Sering digunakan untuk memberikan nutrisi dan obat-obatan kepada seseorang yang tidak mampu untuk mengonsumsi makanan, obat-obatan, cairan lewat oral. Dapat digunakan juga untuk mengeluarkan isi lambung.

Ukuran NGT dibagi menjadi 3, yaitu:
1.      Dewasa ukurannya no 14-20
2.      Anak-anak ukurannya no 8-16
3.      Bayi ukurannya no 5-7
Indikasi pemasangan NGT
1.      Pasien tidak sadar( koma)
2.      Pasien karena kesulitan menelan
3.      Pasien yang keracunan
4.      Pasien yang muntah darah
5.      Pasien pra atau post operasi esophagus atau mulut
6.    Pasien dengan masalah saluran pencernaan atas, contohnya stenosis esophagus, tumor mulut atau faring atau esophagus
7.      Bayi premature atau bayi yang tidak dapat menghisap
Tujuan pemasangan NGT
1.      Megeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam lambung.
2.      Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang mengalami kesulitan menelan.
3.      Mencegah terjadinya atropi esophagus/ lambung pada pasien tidak sadar.
4.  Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami muntah darah atau pendarahan pada lambung.
5.      Untuk membantu memudahkan diagnose klinik melalui analisa isi lambung.
6.      Persiapan operasi dan general anesthesia
7.      Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan operasi pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi isi lambung sewakuu pemulihan dari general anesthesia
   
       Langkah-langkah memasang NGT :
  •  Mencuci tangan dan atur peralatan
  •  Jelaskan prosedur pada pasien
  •  Bantu pasien untuk posisi Flower
  •  Berdirilah disisi kanan tempat tidur pasien bila berdominan tangan kanan atau sisi kiri bila        berdominan tangan kiri
  •  Periksa dan perbaiki kepatenan nasal. Minta pasien untuk bernafas melalui satu lubang hidung saat lubang hidung yang lain tersumbat. Bersihkan mucus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas. Periksa apakah ada infeksi atau lainnya.
  •  Tempatkan handuk mandi diatas dada pasien
  •  Tentukan panjang selang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester. Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telingan, dengan menempatkan ujung melingkar selang pada daun telinga. Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke tonjolan sternum, tandai lokasi di tonjolan sternum dengan plester kecil.
  • Minta pasien menengadahkan kepala, masukkan selang kedalam lubang hidung, minta pasien menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut.
  •  Pada saat memasukkan selang lebih dalam ke hidung, minta pasien menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut.
  • Ketika selang terlihat dan pasien bisa merasakan selang dalam faring, instruksikan pasien untuk menekuk kepala kedepan dan menelan.
  •  Masukkan slang lebih dalam ke esophagus dengan memberikan tekanan lembut tanpa memaksa saat pasien menelan (jika pasien batuk atau slang menggulung ditenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut dorong pasien untuk bernafas dalam.
  •   Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung, hentikan insersi selang dan periksa penempatannya, minta pasien membuka  mulut untuk melihat selang. Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik udara kedalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang dan dorong udara sambil mendengarkan lambung dengan stetoskop jika terdengar gemuruh fiksasi selang. 
  •   Untuk mengamankan selang, gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inci, sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inci plester pada lubang hidung, lilitkan salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi pllester lilitan mengitari selang.
  •   Plesterkan selang secara melengkung ke satu sisi wajah pasien. Pita karet dapat digunakan untuk memfiksasi slang.

   Bentuk Oral
        Pemberian obat oral dilakukan melalui mulut. Dalam pemberian obat oral,ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat,yaitu adanya alergi terhadap obat yang akan diberikan,kemampuan klien untuk menelan obat,adanya muntah atau diare yang dapat mengganggu absorpsi obat,efek samping obat,interaksi obat dan kebutuhan pembelajaran mengenai obat yang diberikan. Bentuk oral ini adalah tablet,kapsul dan lozenges (obat isap).
a. Tablet
Bentuk,ukuran dan berat tablet itu bervariasi. Tablet itu dapat mengandung obat murni,atau diencerkan dengan subtansi inert agar mencapai berat sesuai,atau mengandung dua atau lebih obat dalam kombinasi. Tablet ini dapat berupa tablet padat biasa,tablet sublingual (di larutkan di bawah lidah),tablet bukal (dilarutkan antara pipi dan gusi),tablet bersalut-gula (menutupi bau atau rasa tidak enak),tablet bersalut enteric (untuk mencegahnya larut dalam lambung dan sampai di usus halus baru pecah),atau tablet lepas berkala (untuk melepaskan obat selang waktu panjang).
b. Kapsul
Kapsul mengandung obat berupa bubuk,butiran bersalut dengan ketebalan berbeda agar larut dengan kecepatan berbeda,yaitu kapsul keras,atau cairan dalam kapsul lunak.
Obat padat ini akan larut secara berangsur dalam mulut. Mereka berguna bila diperlukan kerja setempat di mulut atau tenggorokan.
sitianisamuzdalipah.blogspot.co.id/2014/06/konsep-dasar-pemberian-obat.html?m=1


          Ada beberapa bentuk obat cair, baca label untuk menentukan. Meniskus adalah garis dosis yang diinginkan, banyak cairan memerlukan pendinginan setelah dilarutkan
Macam-macam obat cair yang diberikan melalui oral :

a. Guttae (Obat tetes)
Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes beku yang disebutkan Farmacope Indonesia.
b. Suspensi
Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase cair, memiliki ciri cairannya kental.
c. Larutan
Merupakan sediaan cair yang jernih tanpa penggumpalan dan encer.
nissa-uchil.blogspot.co.id/2014/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1
     Bentuk Sediaan Obat yang Digunakan dalam Rute Rektal
          Penggunaan rute rektal untuk obat adalah untuk tujuan memperoleh efek lokal dan efek sistemik. Bentuk sediaan obat yang digunakan adalah larutan, supositoria dan salep. Penggunaan salep pada rektum dimaksudkan untuk efek lokal, sedang yang berupa larutan pembersih atau sebagai cairan urus-urus.
          Penggunaan supositoria dapat digunakan untuk efek lokal atau sistemik. Bila supositoria dimasukkan dalam rektum maka akan melunak atau larut dalam cairan di rektum. Rektum dan kolon mampu menyerap banyak obat yang diberikan secara rektal untuk tujuan memperoleh efek sistemik, hal ini dapat menghindari pengerusakan obat atau obat menjadi tidak aktif karena pengaruh lingkungan perut dan usus. Juga pemberian obat per rektal dilakukan bila pasien muntah atau sulit untuk menelan obat. Obat yang diabsorpsi melalui rektal beredar dalam darah tidak melalui hati dulu hingga tidak mengalami detoksidasi atau biotransformal yang mengakibatkan obat terhindar dari tidak aktif. Kerugian pemberian obat melalui rektum adalah tidak menyenangkan dan absorpsi obatnya tidak teratur dan sukar diramalkan.
           Penggunaan obat melalui rute oral 
    Sebagian dari obat jarang yang larut dalam mulut. Kebanyakan obat biasanya hanya ditelan dengan bantuan air, atau pisang untuk membantu jalan obat kedalam tubuh kita. Tujuannya terutama untuk memperoleh efek sistematik, yaitu obat yang masuk ke dalam pembuluh darah dan beredar ke suluruh tubuh setelah teradi absopsi obat dari bermacam-macam permukaan sepanjang saluran gastro intestinal. Tetapi ada obat yang metodenya dengan cara dielan atau diminum yang memberi efek lokal dalam usus atau lambung karena obat tidak dapat di absorpsi atau larut dalam rute ini, contohnya obat cacing dana berefek dalam usus, obat antasida untuk menetralkan kelebihan asam dalam lambung. Dibandingkan ari rute lain penggunaan obat melalui oral paling aman, murah, dan menyenangkan. Namun obat melalui rute oral juga memiliki kerugian yaitu memberi respon lambat dibandingkan per injeksi dan kemungkinan terjadi absorpsi obat yang tidak teratu
  
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi: 
  1. Jumlah dan jenis makanan yang ada dalam lambung. 
  2.  Kemungkinan obat dirusak oleh reaksi asam dalam perut atau enzim  dari gastro intestinal,  contohnya insulin harus diberikan per injeksi karena jika per oral akan dirusak oleh enzim proteolitik dari dalam saluran gastro intestinal.
  3. Pasien muntah-muntah atau koma. 
  4. Dikehendaki kerja awal yang cepat. Hal tersebut tidak kemungkinan penggunaan obat melalui rute oral.
Kecepatan absorpsi obat melalui oral tergantung pada ketersidaan obat terhadap cairan biologik yang disebut ketersediaan hayati. Ketersediaan hayati adalah presentase obat yang diabsorpsi tubuh dari suatu dosis yang diberikan dan tersedia untuk memberi efek terapetiknya.Urutan dari besarnya ketersediaan hayati yang berbentuk obat ialah :
Larutan – suspensi oral – emulsi – kapsul – tablet – tablet bersalut.
Bentuk sediaan obat yang memberi aksi yang cepat tidak selalu menguntungkan, sebab makin cepat obat diabsorpsi akan cepat pula mengalami metabolisme dan ekskresi. Sedang bentuk sediaan obat yang lambat diabsorpsi akan, memberi aktivitas obat yang lebih lama, maka itu pemilihan bentuk sediaan obat perlu pertimbangan banyak faktor. 
  
Bentuk sediaan obat yang digunakan dalam rute oral
Bentuk sediaan obat banyak dipakai adalah tablet. Unutk membuat tablet diperlukan zat-zat tambahan yang mempunyai kegunaan masing-masing, sebagai berikut :
a        1. Zat pengisi, diperlukan untuk obat yang dosisnya kecil. Dengan penambahan zat pengisi bentuk   obat dapat di perbesar.
b        2.  Zat pengikat, agar pada waktu dikempa dapat merupakan massa yang kompak.
c        3.  Zat penghancur, agar tablet mudah pecah di lambung menjadi granul kecil dan memudahkan zat aktifnya larut dalam cairan lambung dan memudahkan untuk diabsorpsi badan.

Tablet ada bermacam-macam, yaitu :
a.       Tablet kempa yaitu tablet yang ditelan.
b.      Tablet kunyah untuk mendapatkan partikel yang halus dan memudahkan penyerapan atau menetralkan kelebihan asam.
c.  Tablet efervesen yaitu tablet dilarutkan dulu dalam air maka tablet akan larut dan mengeluarkan gas CO2. Maka memudahkan pasien dalam meminum obat.
d.      Tablet salut, dengan beberapa macam, yaitu :
-          Tablet salut gula
-          Tablet salur tekan
-          Tablet salut film
-          Tablet salut enterik
Penyalutan dimaksudkan untuk menghilangkan rasa tak enak dari obat dan tablet terlihat lebih baik. Sedangkan penyalutan enterik untuk menghindari terjadinya iritasi pada lambung atau pengrusak obat oleh isi lambung dan bertujuan agar obat bekerja pada usus. Kapsul dibuat dari gelatin atau kalsium alginat yang merupakan cangkang berisi obat. ada dua jenis kapsul yaitu kapsul keras dan lunak dalam bermacam-macam ukuran dan warna. Ukuran kapsul yang digunakan tergantung dari jumlah obat yang akan diisikan dalam kapsul. Kapsul kan pecah dalam saluran pencernaan karena adanya cairan lambung kemudian terlepas dan akan lebih cepat daripada tablet. Bentuk sediaan obat oral dapat juga dibuat agar mempunyai efek pengobatan yang lama. Bila obat itu sedikit larut maka efek pengobatan secara dosis tunggal dapat diperpanjang dan bentuk sediaan obat itu sendiri dapat dimodifikasikan agar efeknya dapat diperpanjang. 
Tiga tipe bentuk sediaan obat oral yang berefek lama dan perbedaan dalam pelepasan zat aktif dan absorpsinya :
a.       Sustained release ialah kadar terapi obat diperoleh dengan kecepatan yang sama seperti pada dosis tunggal dan selanjutnya dijaga kadar obat dalam darah supaya tetap untuk periode yang sama.
b.      Repeat action ialah memberikan pengobatan seperti pada dosis tunggal pada waktu digunakan dan dosis tunggal yang lain pada waktu selanjutnya.
c.       Prolonged action ialah kadar terapi obat dapat diperoleh lebih rendah dibanding yang diperoleh dengan bentuk sediaan dosis tunggal biasa, selanjutnya tambahan kadar obat diatur dengan ketersediaan obat untuk absorpsi, bila obat di dalam tubuh mengalami metabolisme atau diekskresi. Kadar obat dalam darah awal yang tinggi tidak boleh dipelihara seperti pada tipe sustained release.

Untuk membuat obat yang tipe kerja panjang dikerjakan dengan mencampur obat dalam bentuk pil kecil-kecil atau manik yang disalut dengan macam ketebalan salut atau tanpa salut yang mempunyai resistensi relatif terhadap cairan gastrointestinal. Nama-nama bentuk sediaan dengan kerja yang panjang dalam perdagangan dikenal, sebagai berikut :
1.      Repetab, misalnya Polaramin Repetab (anthihistamin).
2.      Timespan, misalnya Ronicol Timespan (vasodilator).
3.      Retard, misalnya Bellegal Retard (analgetik).
4.      Spansul, misalnya untuk kapsul.

Bentuk sediaan obat yang paling banyak dipakai per oral ialah larutan, eliksir, sirup, dan suspensi oral. Bentuk obat dalam bentuk sirup biasanya lebih cepat diserap daripada dalam bentuk suspensi karena tidak memerlukan proses disolusi. Suspensi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari zat aktif dalam cairan pembawa yang cocok, biasanya oral cairan pembawanya adalah air. Sebelum digunakan sediaan obat berupa suspensi harus dikocok dulu. Keuntungan dari penggunaan bentuk suspensi, sebagai berikut : 
a.       Memudahkan bagi pasien yang tidak dapat menelan tablet atau kapsul.
b.      Dosis obat yang banyak kurang menyenangkan dalam bentuk tablet atau kapsul.
c.       Partikel dalam kedaan halus hingga mempercepat proses disolusi. Tetapi tidak semua sediaan suspensi diharapkan dapat larut dalam cairan tubuh dan diabsorpsi, tetapi ada yang dikehendaki tetap tersuspensi seperti Kaolin, Pectin, Veegun dan antisida lain. Sediaan ini diharapkan telah tinggal di usus atau lambung untuk menyerap kelebihan cairan asam di lambung dan di usus. Sulfa yang digunakan untuk anti diare misalnya dikehendaki tetap terdispersi dan tidak diabsorpsi agar dapat bekerja di usus untuk membunuh bakteri.


Pemberian Nutrisi Enternal Melalui Keahlian Gastronomi atau Tabung Jejunostomi
Nutrisi enternal adalah nutrisi yang diberikan kepada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral. Formula nutrisi diberikan kepada pasien melalui tube kedalam lambung (gastric tube), nasogastric tube (NGT), atau jejunum. Dapat dilakukan secara menual maupun dalam bantuan pompa mesin. Rute pemberian nutrisi secara enteral diantaranya melalui nasogastric, transpilorik, perkutaneus.
Pemberian nutrisi secara enternal bertujuan untuk memberikan asupan nutrisi yang adekuat pada pasien yang belum mampu menelan atau absorpsi fungsi nutrisinya terganggu. Pemeberian nutrisi secara enternal juga berperan untuk menunjang pasien sebagai respon selama mengalami keradangan, trauma, infeksi, kritis dalam jangka waktu lama. Pemberian nutrisi enternal terkadang mengalami hambatan, ialah sebagai berikut :
-  Sinusitis
-  Esophagitis
-  Aspirasi dari isi lambung
-  Gagalnya pengosongan lambung
-  Salah meletakan pipa
Prinsip dari pemberian formula enternal dimulai dari dosis darah rendah dan kemudian ditingkatkan secara bertahap supaya dapat mencapai dosis yang maximum dalam waktu seminggu. Sebaiknya makanan ekternal harus dihabiskan dalam waktu 4 jam jika melebihi dari batas waktu tersebut sangat berbahaya karena adanya kontaminasi dari bakteri.
Makanan enternal sebaiknya mempunyai komposisi seimbang. Kalori non protein dari sumber karbohidrat berkisar 60 – 70% merupakan polisakarida, monosakarida, maupun disakarida sedangkan lemak hanya 30 – 40%. Glukosa polimer merupakan karbohidrat yang lebih mudah diabsorpsi.  Protein diberikan dalam bentuk polimerik (memerlukan enzim pankreas) atau peptide. Juga perlu ditambahkan serat guna untuk mengurangi resiko diare, konstipasi, keterlambatan transit pada saluran cerna dan sebagai kontrol glikemik yang baik. Serta juga dapat menfermentasikan SCFA di usus besar yang menyediakan energi untuk sel epitel agar dinding usus kuat.
Jenis makanan atau nutrisi enternal, diantaranya:
a        1.  Formula rumah sakit (blenderized) : makanan ini dilembutkan dengan cara diblender yang terdiri beberapa bahan makanan. Konsistensi larutan, kandungan zat gizi, dan osmolaritas dapat berubah setiap kali pembuatan dan mempu terkontaminasi. Formula ini dapat diberikan melalui pipa sonde.
b        2.  Formula komersial : formula ini berupa bubuk yang dicairkan dengan air yang dapat segera diberikan kepada pasien. Nilai gizi sesuai kebutuhan , konsistensi, dan osmolaritasnya tetap serta tidak mudah terkontaminasi. Contohnya pemberian polimerik yang mengandung protein utuh untuk pasien dengan fungsi saluran gastrointestinal normal tau hampir normal dan diet enternal tinggi serat (indovita).
Pemberian dukungan nutrisi enternal dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1    1. Bolus feeding
     Dapat dilakukan dengan menggunakan NGT/OGT, dan diberikansetiap 3-4 jam sebanyak 250-350 ml. Dengan formula isotonik dapat dimulai dengan jumlah keseluruhan sesuai yang dibutuhkan sejak hari pertama, sedangkan formula hipertonik dimulai setengah dari jumlah yang dibutuhkan dari hari pertama. Pemberian secara bolus feeding harus diberikan dengan tenang, kurang lebih 15 menit, disertai pemberian air sebanyak 25 – 60 ml supaya mengurangi resiko dehidrasi hipertonik dan membilasnya yang masih di feeding tube. 
2    2. Continuous drip feeding
     Pemberian enternal dilakukan menggunakan infuse pump dengan kecepatan 20-40 ml/jam dalam 8-12 jam. Pertama ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan toleransi anak. Volume formula ditingkatkan 25 ml/jam setiap 8-12 jam, dengan pemberian maksimal 50-100 ml/jam selama 18-24 jam. Formula enteral dengan osmolaritas isotonik (300mOsm/kg air) dapat diberikan sesuai jumlah yang dibutuhkan. Untuk pemberian formula hipertonis \9500 m0sm/kg air) harus diberikan setengah dari jumlah yang dibutuhkan. Pada kasus ini yang tidak ditolerensi dengan baik, konsentrasi formula yang diberikan dapat turun terlebih dahulu dan selanjutnya kembali ditingkatkan secara bertahap.

Sistem pemberian nutrisi enternal dan alatnya :
a       - Selang nasogastrik
1.  Selang nasogastrik  ini biasa terbuat dari plastik, karet, dan politelin. Ukurannya bermacam-macam sesuai dengan kebutuhannya. Selang ini mampu bertahan atau dapat dipakai dalam jangka waktu 7 hari.
2.      Selang nasogastrik yang terbaut dari polivinil yang berukuran 7 french, kecil sekali dapat mencegah aspirasi pneumonia makanan dan tidak terlalu mengganggu pernafasan. Selan ini mampu bertahan sampai 2 minggu.
3.   Selang nasogastrik terbuat dari silicon. Selang ini ada berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan pasien dan mampu bertahan selama 6 minggu.
4.     Selang nasogastrik yang terbuat dari poliuretan yang berukuran 7 french dan dapat dipakai selama 6 bulan.
b    - Selang Nasoduodenal / nasojejunal
  Ada berbagai macam ukuran namun lebih panjang dari pada selang nasogastrik.
c    - Selang dan set untuk gastronomi atau jejunostomi. Alat yang rutin digunakan untuk pasien tidak  mampu memenuhi nutrisinya melalui per oral atau terdapat obstruksi seophagus atau gaster.
     Nutrisi Enternal Terhadap Beberapa Penyakit
a  - Pada saluran penyakit cerna
Jika usus berfungsi dengan baik, lebih baik pemberian nutrisi diberikan secara enteral daripada parental. Nutrisi ini diberikan apabila makanan masih mampu melalui per oral dan esophagus. Nutrisi enteral per selang diberikan bila makanan tidak dapat diberikan melalui mulut dan esophagus atau jejunostomi. Nutrisi enteral sangat penting untu saluran cerna karena dapat mencegah atrifivil usus serta menjaga kelangsungan fungsi usu entrosit, dan kolonosit. 
b - Pada pasien kanker
Penggunaan saluran gastroinstestinal yang utuh bagi pemberian nutrisi merupakan pilihan pertama dalam pemberian nutrisi pasien kanker. Pasien ini akan mendapatkan suplamentasi enteral dapat diberikan melalui salah satu dari 3 jalur pemberian yang umum, yaitu oral nasoenterik atau enterik.
c  - Pada pasien geriatri
Pasien yang berusia 60 tahun atau lebih lebih sering mengalami malnutrisi. Karena nutrisi yang merupakan hal yang penting diperhatikan dalam pengobatan pasien tersebut. Kebutuhan kalori disesuaikan berat badan ideal dengan rumus yang ada.
d  - Pada penyakit ginjal
Pasien yang mengalami sakit ginjal akut, harus diberikan diet bebas protein atau rendah protein, mengandung energi kalori atau gula. Pasien yang mengalami penyakit ginjal kronik tidak terkomplikasi, untuk mencegah uremia, protein yang diberikan dalam bentuk protein nilai biologi tinggi yaitu 20g per hari.