Disusun Oleh :
1.
Mayang
Nurindah M (P07120116016)
2.
Luthfi
Nuraini (P07120116017)
3.
Riska
Anggraini (P07120116018)
A. Pemberian Pengobatan Topikal pada Kulit
1. Pemberian
Krim, Losion, dan Salep
a. Cek instruksi
dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat pemberian.
b. Mencuci kedua tangan
c. Atur peralatan
disamping tempat tidur klien
d. Tutup gorden
atau pintu ruangan
e. Identifikasi
klien secara tepat
f. Posisikan klien
dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area yang akan diberi obat
g. Inspeksi
kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan kerak pada kulit
h. Keringkan atau
biarkan area kering oleh udara
i. Bila kulit terlalu kering dan mengeras,
gunakan agen topikal
j. Gunakan sarung tangan bila ada indikasi
k. Oleskan agen
topical (Krim, salep dan losion yang mengandung minyak)
l. Letakkan satu sampai dengan dua sendok
teh obat di telapak tangan kemudian lunakkan dengan menggosok lembut diantara
kedua tangan
m. Usapkan merata
diatas permukaan kulit, lakukan gerakan memanjang searah pertumbuhan bulu.
n. Jelaskan pada
klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah pemberian
2. Patch
Testing untuk Penyebab Alergi
a. Dua hari sebelum tes dilakukan,
tidak boleh minum obat yang mengandung kortikosteroid (anti radang), dan daerah
punggung harus bebas dari obat oles, krim atau salep.
b.
Tes dilakukan di kulit punggung,
dengan menempelkan alergen yang diletakkan pada tempat khusus (fin chamber).
c.
Hasil tes didapat setelah 48 jam
dan selama waktu itu tidak boleh melakukan aktivitas yang berkeringat.
Bila hasilnya positif (+) terhadap bahan kimia tertentu, maka di kulit punggung
akan timbul bercak kemerahan atau melenting.
3. Pemberian
Salep Nitrogliserin
Pemberian nitrogliserin
dalam bentuk salep atau disk dimaksudkan untuk tujuan profilaksis karena obat
diabsorpsi secara perlahan lewat kulit. Efek terapi tampak dalam 60 menit dan
berakhir dalam 4-8 jam. Pada sediaan disk, nitrogliserin terdapat sebagai depot
dengan reservoir suatu polimer pada plester. Mula kerja lambat dan puncak efek
tercapai setelah 1-2 jam.
4. Pemberian
Obat Secara Sistem Transdermal
Obat transdermal
tersimpan di dalam patch yang ditempelkan pada kulit dan diserap melalui kulit,
dan memuanyai efek sistemik. Kini penggunaannya telah meluas yang bermula pada
tahun 1980an patch untuk obat kardiovaskular,obat neoplastic, hormone, obat
untuk mengatasi reaksi allergic dan insulin kini sedang diproduksi atau
dikembangkan. Obat transdermal lebih menjamin kadar darah yang konsisten dan
menghindari problem absorpsi gastrointestinal yang menyertai produk yang dipakai
melalui oral. Umumnya penggunaan transdermal adalah pada obat-obatan hormon,
misalnya estrogen. Yang paling umum ditemui mungkin koyo untuk menghilangkan
kecanduan rokok, atau menghilangkan nafsu makan (berfungsi sebagai pelangsing).
Cara pemakaian melalui permukaan kulit, berupa plester.
Obat menyerap secara perlahan dan kontinyu, masuk ke sistem peredaran darah,
langsung ke jantung.
5. Pemberian
Bubuk Topikal
a. Cek instruksi dokter untuk memastikan
nama obat, daya kerja dan tempat pemberian.
b. Mencuci
kedua tangan
c. Atur peralatan disamping tempat tidur
klien
d. Tutup gorden atau pintu ruangan
e. Identifikasi klien secara tepat
f. Posisikan klien dengan tepat dan
nyaman, pastikan hanya membuka area yang akan diberi obat
g. Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit,
lepaskan semua debris dan kerak pada kulit
h. Keringkan atau biarkan area kering oleh
udara
i. Bila kulit terlalu kering dan mengeras,
gunakan agen topikal
j. Gunakan sarung tangan bila ada indikasi
k. Pastikan bahwa permukaan kulit kering
secara menyeluruh
l. Regangkan dengan baik lipatan bagian
kulit seperti diantara ibu jari atau bagian bawah lengan
m. Bubuhkan secara tipis pada area yang
bersangkutan
B. Pemberian Pengobatan pada Membran Mukosa
1. Pemberian
Sublingual dan Buccal Tablet
·
Pengobatan oral tidak diberikan kepada klien yang muntah, tidak mempunyai refleks
muntah, atau dalam keadaan koma. Klien yang muntah mungkin memerlukan istirahat
singkat sebelum pemberian obatnya diteruskan.
·
Kapsul enteric-coated dan time-release
harus ditela seutuhnya supaya efektif.
·
Berikan obat yang mengiritasi bersama-sama dengan makanan untuk
mengurangi rasa tidak enak pada saluran gastrointestinal.
·
Obat-obat yang diberikan sublingual (diletakkan di bawah lidah)
atau bukal (diletakkan antara pipi
dan gusi) dibiarkan pada tempatnya sampai semuanya diabsorbsi. Jangan berikan
makanan atau cairan selama obat masih ada di tempatnya.
2. Pemberian
dengan Tetes Mata dan Salep
a. Tetes
Mata
·
Cuci kedua tangan
·
Posisikan pasien untuk bersandar atau
duduk sambil meliaht ke atas langit-langit.
·
Lepaskan kotoran dengan lembut dari
dalam kantus. Gunakan kai yang berbeda untuk setiap mata.
·
Menarik kulit dengan lembut yang sakit
untuk membuka kantung konjungtiva.
·
Berilah beberapa tetes mata dengan
jumlah yang ditentukan ke dalam tengah kantung. Apabila obat ditempatkan
langsung pada kornea, dapat menyebabkan ketidaknyamanan/ membahayakan. Jangan
menyentuh kelopak mata/ bulu mata dengan penates mata. Pemberian sendiri tetes
mata, bisa ditambah dengan menggunakan Drop-eze yaitu alat seperti cangkir yang
memegang kelopak mata terbuka.
·
Tekan hati-hati pada duktus lacrimal
dengan kapas/ cotton buds 1-2 menit setelah pemberian untuk mencegah sistem
penyerapan melalui lacrimal canal.
·
Pasien harus menutup mata 1-2 menit
untuk mempermudah penyerapan.
b. Salep
Mata
·
Cuci kedua tangan
·
Posisikan pasien untuk bersandar atau
duduk sambil meliaht ke atas langit-langit
·
Lepaskan kotoran dengan lembut dari
dalam kantus. Gunakan kai yang berbeda untuk setiap mata.
·
Menarik kulit dengan lembut yang sakit
untuk membuka kantung konjungtiva.
·
Tekan strip dari salep (kurang lebih ¼
inci kecuali bagian sebaliknya) ke kantung konjungtiva. Apabila obat
ditempatkan langsung pada kornea, dapat menyebabkan ketidaknyamanan/
membahayakan.
·
Suruh pasien menutup mata 1-2 menit
·
Memberitahu pasien jika penglihatan akan
kabur sementara. Gunakan saat waktu tidur jika memungkinan.
3. Pemberian Tetes
Telinga
a. Cuci
kedua tangan
b. Obat
harus pada suhu kamar
c. Klien
harus duduk dengan sedikit memiringkan kepala untuk meluruskan saluran eksternal
agar mendapatkan visualisasi yang lebih baik dan mencapai daerah yang dituju
d. Pada
anak-anak, tarik daun telinga ke belakang bawah. Untuk anak di atas 3 tahun,
sama seperti dewasa.
Pada dewasa, Tarik daun telinga ke
belakang atas.
e. Teteskan
obat tetes sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan
f. Hati-hati
untuk tidak mencemari penatas
g. Pertahankan
posisi klien selama 2-3 menit
4. Pemberian
Tetes Hidung dan Semprot Hidung
a. Mintalah
klien untuk membuang nafas.
b. Mintalah
klien menengadahkan kepalanya untuk ditetes/ disemprot agar mencapai sinus
frontal dan memiringkan kepala ke sisi yang terkena untuk mencapai sinus
etmoid.
c. Teteskan/
semprotkan sesuai jumlah yang ditentukan. Beberapa semprotan memiliki instruksi
untuk menutup salah satu lubang hidung, miringkan kepala ke satu sisi dan tahan
nafas selama 1 menit.
d. Pertahankan
posisi pasien sampai 5 menit setelah pemberian.
5. Pemberian
pengobatan dengan Inhalasi
a. Pemberian
oksigen yang sederhana dengan menggunakan kedok zat asam atau kanula hidung
ganda. Bila mempergunakan kedok zat asam, kedok dipasang atau ditutupkan pada
mulut dan hidung, tali kedok diikatkan dibelakang kepala. Bila mempergunakan
kanula hidung ganda, ujung kanula dimasukan kedalam kedua lubang hidung, dan
tali diikatkan dibelakang kepala.
b. Cuci kedua tangan
c. Isi tabung
diperiksa dan dicoba
d. Selang oksigen
dihubungkan dengan kedok zat asam atau kanula hidung ganda
e. Flow meter dibuka
dengan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan (biasanya 2L-3L/menit)
f. Pasien ditanya
apakah berkurang sesaknya.
g. Pemberian
oksigen dapat dilakukan terus menerus, intermiten atau dihentikan sesuai dengan
program pengobatan
h. Apabila
pemerian oksigen tidak diperlukan lagi, kedok atau kanula hidung ganda diangkat
dan selang oksigen ditutup.
i. Pasien dirapihkan kembali
j. Peralatan dibersihkan, dibereskan dan
dikembalikan ketempat semula.
6. Pemberian
Pengobatan dengan Inhalasi Mulut
a.
Duduk tegak atau berdiri dengan dagu
terangkat.
b.
Buka tutup inhaler dan kocok inhaler
dengan teratur.
c.
Jika baru pertama kali menggunakan
inhaler selama seminggu atau lebih, maka untuk penggunaan pertama sebelum
digunakan, semprotkan inhaler ke udara untuk mengecek apakah inhaler berfungsi
dengan baik.
d.
Tarik nafas dalam-dalam dan buang
perlahan. Lalu letakkan bagian mulut inhaler pada mulut (diantara gigi atas dan
bawah), kemudian tutup mulut dengan merapatkan bibir (jangan digigit).
e.
Mulai dengan bernapas perlahan dan
dalam melalui mulut inhaler, sambil bernapas secara berbarengan tekan bagian
tombol inhaler untuk melepaskan obatnya. Satu kali tekan merupakan satu kali
semprotan obat.
f.
Lanjutkan untuk bernapas dalam untuk
memastikan obat dapat mencapai paru-paru.
g.
Tahan napas selama kurang lebih 10
detik (atau selama kondisi senyaman yang terasa) lalu buang napas perlahan.
h.
Jika membutuhkan semprotan
berikutnya, tunggu sampai 30 detik, dan kocok kembali inhaler, ulangi langkah 4
sampai 7.
i.
Tutup kembali mulut inhaler dan
simpan inhaler di tempat yang kering.
j.
Setelah selesai, berkumur-kumur, dan
catat dosis yang sudah terpakai.
7. Pemberian
Pengobatan pada Vagina
a. Cek kembali order pengobatan, mengenai
jenis pengobatan, waktu, jumlah dan dosis
b.
Identifikasikan klien dengan tepat dan
tanyakan namanya
c. Jaga privasi, dan mintalah klien untuk
berkemih terlebih dahulu
d. Atur posisi klien berbaring supinasi
dengan kaki fleksi dan pinggul supinasi eksternal
e. Tutup dengan selimut mandi dan ekspose
hanya pada area perineal saja.
f.
Pakai sarung tangan
g. Inspeksi orifisium vagina, catat adanya
pengeluaran, bau atau rasa yang tidak nyaman
h. Lakukan tindakan perawatan perineum
8. Pemberian
Vaginal Douche
a. Pilihlah produk untuk melakukan douche. Pilihlah alat douche yang tepat di apotek sekitar
Anda. Hindari larutan yang mengandung pewangi atau pewarna untuk mencegah
terjadinya infeksi. Untuk alternatif lain, Anda bisa membuat larutan douche
sendiri di rumah menggunakan cuka dan botol pencet untuk pengaplikasian.
b. Siapkan larutan douche. Jika Anda membeli satu kotak peralatan douche, ikuti
petunjuk yang tertera pada kemasan untuk mempersiapkan larutan douche.
Biasanya Anda akan membutuhkan satu liter air untuk mempersiapkannya. Atau
buatlah larutan sendiri sebanyak setidaknya dua cangkir. Anda cukup
mencampurkan cuka dan air dengan rasio 1:3.
c. Isi botol pencet atau kantong douche
dengan larutan. Lakukanlah sesuai dengan petunjuk
pada kemasan, atau cukup tuangkan larutan ke dalam botol pencet. Usahakan untuk
mengisi botol hingga penuh, dan jika masih ada larutan yang tersisa, Anda bisa
mengisinya lagi nanti.
d. Masuklah ke kamar mandi. Kadang kala, larutan douche bisa berantakan ke
mana-mana saat disemprotkan. Untuk mencegah hal tersebut, pastikan Anda berada
di kamar mandi selama melakukan douche. Selain itu, Anda juga mungkin
ingin mandi setelah prosesnya selesai.
e. Bilas rongga vagina menggunakan
botol pencet. Masukkan ujung botol atau kantong douche
ke dalam vagina, lalu pencet untuk mengeluarkan cairan. Lanjutkan pencucian ini
sampai semua cairan habis terpakai.
f. Cucilah bagian luar vagina. Gunakan sabun yang lembut dan air hangat untuk mencuci
bagian luar vagina seperti Anda biasa lakukan saat mandi. Tujuannya adalah
untuk membersihkan larutan douche yang tersisa di bagian luar. Namun,
Anda tidak perlu khawatir sebab larutan douche relatif tidak berbahaya
jika terkena bagian luar tubuh
g. Selesaikan dengan bersih-bersih. Lanjutkan dengan pembersihan lainnya yang dirasa perlu.
Bersihkan kantong douche atau botol pencet, lalu simpan agar bisa
digunakan kembali nanti. Bersihkan apapun yang berantakan akibat pembuatan
larutan.
Daftar Pustaka
1.
Key, Joice L dan Evelyn R. Hayes.
1996.PHARMACOLOGY: A NURSING PROCESS APROACH. Jakarta : W.B Saunders Company
2.
Semaraputraadjoezt. 2016. Teknik Pemberian Obat
Luar. Kamis 9 maret 2017 17.21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar