Minggu, 12 Maret 2017

PEMBERIAN OBAT LUAR


  Disusun Oleh :
     1.      Mayang Nurindah M   (P07120116016)
     2.      Luthfi Nuraini              (P07120116017)
     3.      Riska Anggraini            (P07120116018)


     A. Pemberian Pengobatan Topikal pada          Kulit
1.      Pemberian Krim, Losion, dan Salep
a. Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat pemberian.
b.  Mencuci kedua tangan
c. Atur peralatan disamping tempat tidur klien
d.  Tutup gorden atau pintu ruangan
e.   Identifikasi klien secara tepat
f. Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area yang akan diberi obat
g. Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan kerak pada kulit
h.  Keringkan atau biarkan area kering oleh udara
i. Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen topikal
j.  Gunakan sarung tangan bila ada indikasi
k.  Oleskan agen topical (Krim, salep dan losion yang mengandung minyak)
l.   Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di telapak tangan kemudian lunakkan dengan menggosok lembut diantara kedua tangan
m.  Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan gerakan memanjang searah pertumbuhan bulu.
n.  Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah pemberian

2.      Patch Testing untuk Penyebab Alergi
a. Dua hari sebelum tes dilakukan, tidak boleh minum obat yang mengandung kortikosteroid (anti radang), dan daerah punggung harus bebas dari obat oles, krim atau salep.
b.      Tes dilakukan di kulit punggung, dengan menempelkan alergen yang diletakkan pada tempat khusus (fin chamber).
c.       Hasil tes didapat setelah 48 jam dan selama waktu itu tidak boleh melakukan aktivitas yang berkeringat. Bila hasilnya positif (+) terhadap bahan kimia tertentu, maka di kulit punggung akan timbul bercak kemerahan atau melenting.

3.      Pemberian Salep Nitrogliserin
Pemberian nitrogliserin dalam bentuk salep atau disk dimaksudkan untuk tujuan profilaksis karena obat diabsorpsi secara perlahan lewat kulit. Efek terapi tampak dalam 60 menit dan berakhir dalam 4-8 jam. Pada sediaan disk, nitrogliserin terdapat sebagai depot dengan reservoir suatu polimer pada plester. Mula kerja lambat dan puncak efek tercapai setelah 1-2 jam.

4. Pemberian Obat Secara Sistem Transdermal
Obat transdermal tersimpan di dalam patch yang ditempelkan pada kulit dan diserap melalui kulit, dan memuanyai efek sistemik. Kini penggunaannya telah meluas yang bermula pada tahun 1980an patch untuk obat kardiovaskular,obat neoplastic, hormone, obat untuk mengatasi reaksi allergic dan insulin kini sedang diproduksi atau dikembangkan. Obat transdermal lebih menjamin kadar darah yang konsisten dan menghindari problem absorpsi gastrointestinal yang menyertai produk yang dipakai melalui oral. Umumnya penggunaan transdermal adalah pada obat-obatan hormon, misalnya estrogen. Yang paling umum ditemui mungkin koyo untuk menghilangkan kecanduan rokok, atau menghilangkan nafsu makan (berfungsi sebagai pelangsing). Cara pemakaian melalui permukaan kulit, berupa plester. Obat menyerap secara perlahan dan kontinyu, masuk ke sistem peredaran darah, langsung ke jantung.

5.      Pemberian Bubuk Topikal
a. Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat pemberian.
b.   Mencuci kedua tangan
c. Atur peralatan disamping tempat tidur klien
d.   Tutup gorden atau pintu ruangan
e.   Identifikasi klien secara tepat
f.  Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area yang akan diberi obat
g. Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan kerak pada kulit
h.  Keringkan atau biarkan area kering oleh udara
i. Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen topikal
j. Gunakan sarung tangan bila ada indikasi
k. Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh
l. Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti diantara ibu jari atau bagian bawah lengan
m. Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan

    B. Pemberian Pengobatan pada              Membran Mukosa
1.      Pemberian Sublingual dan Buccal Tablet
·         Pengobatan oral tidak diberikan kepada klien yang muntah, tidak mempunyai refleks muntah, atau dalam keadaan koma. Klien yang muntah mungkin memerlukan istirahat singkat sebelum pemberian obatnya diteruskan.
·         Kapsul enteric-coated dan time-release harus ditela seutuhnya supaya efektif.
·         Berikan obat yang mengiritasi bersama-sama dengan makanan untuk mengurangi rasa tidak enak pada saluran gastrointestinal.
·         Obat-obat yang diberikan sublingual (diletakkan di bawah lidah) atau bukal (diletakkan antara pipi dan gusi) dibiarkan pada tempatnya sampai semuanya diabsorbsi. Jangan berikan makanan atau cairan selama obat masih ada di tempatnya.

2.      Pemberian dengan Tetes Mata dan Salep
a.       Tetes Mata
·         Cuci kedua tangan
·         Posisikan pasien untuk bersandar atau duduk sambil meliaht ke atas langit-langit.
·         Lepaskan kotoran dengan lembut dari dalam kantus. Gunakan kai yang berbeda untuk setiap mata.
·         Menarik kulit dengan lembut yang sakit untuk membuka kantung konjungtiva.
·         Berilah beberapa tetes mata dengan jumlah yang ditentukan ke dalam tengah kantung. Apabila obat ditempatkan langsung pada kornea, dapat menyebabkan ketidaknyamanan/ membahayakan. Jangan menyentuh kelopak mata/ bulu mata dengan penates mata. Pemberian sendiri tetes mata, bisa ditambah dengan menggunakan Drop-eze yaitu alat seperti cangkir yang memegang kelopak mata terbuka.
·         Tekan hati-hati pada duktus lacrimal dengan kapas/ cotton buds 1-2 menit setelah pemberian untuk mencegah sistem penyerapan melalui lacrimal canal.
·         Pasien harus menutup mata 1-2 menit untuk mempermudah penyerapan.
b.      Salep Mata
·         Cuci kedua tangan
·         Posisikan pasien untuk bersandar atau duduk sambil meliaht ke atas langit-langit
·         Lepaskan kotoran dengan lembut dari dalam kantus. Gunakan kai yang berbeda untuk setiap mata.
·         Menarik kulit dengan lembut yang sakit untuk membuka kantung konjungtiva.
·         Tekan strip dari salep (kurang lebih ¼ inci kecuali bagian sebaliknya) ke kantung konjungtiva. Apabila obat ditempatkan langsung pada kornea, dapat menyebabkan ketidaknyamanan/ membahayakan.
·         Suruh pasien menutup mata 1-2 menit
·         Memberitahu pasien jika penglihatan akan kabur sementara. Gunakan saat waktu tidur jika memungkinan.

3.  Pemberian Tetes Telinga
a.  Cuci kedua tangan
b.  Obat harus pada suhu kamar
c. Klien harus duduk dengan sedikit memiringkan kepala untuk meluruskan saluran eksternal agar mendapatkan visualisasi yang lebih baik dan mencapai daerah yang dituju
d.  Pada anak-anak, tarik daun telinga ke belakang bawah. Untuk anak di atas 3 tahun, sama seperti dewasa.
Pada dewasa, Tarik daun telinga ke belakang atas.
e.  Teteskan obat tetes sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan
f.  Hati-hati untuk tidak mencemari penatas
g.    Pertahankan posisi klien selama 2-3 menit

4.  Pemberian Tetes Hidung dan Semprot Hidung
a.  Mintalah klien untuk membuang nafas.
b. Mintalah klien menengadahkan kepalanya untuk ditetes/ disemprot agar mencapai sinus frontal dan memiringkan kepala ke sisi yang terkena untuk mencapai sinus etmoid.
c.  Teteskan/ semprotkan sesuai jumlah yang ditentukan. Beberapa semprotan memiliki instruksi untuk menutup salah satu lubang hidung, miringkan kepala ke satu sisi dan tahan nafas selama 1 menit.
d.   Pertahankan posisi pasien sampai 5 menit setelah pemberian.

5. Pemberian pengobatan dengan Inhalasi
a.  Pemberian oksigen yang sederhana dengan menggunakan kedok zat asam atau kanula hidung ganda. Bila mempergunakan kedok zat asam, kedok dipasang atau ditutupkan pada mulut dan hidung, tali kedok diikatkan dibelakang kepala. Bila mempergunakan kanula hidung ganda, ujung kanula dimasukan kedalam kedua lubang hidung, dan tali diikatkan dibelakang kepala.
b.  Cuci kedua tangan
c.   Isi tabung diperiksa dan dicoba
d. Selang oksigen dihubungkan dengan kedok zat asam atau kanula hidung ganda
e.  Flow meter dibuka dengan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan (biasanya 2L-3L/menit)
f. Pasien ditanya apakah berkurang sesaknya.
g.  Pemberian oksigen dapat dilakukan terus menerus, intermiten atau dihentikan sesuai dengan program pengobatan
h. Apabila pemerian oksigen tidak diperlukan lagi, kedok atau kanula hidung ganda diangkat dan selang oksigen ditutup.
i.   Pasien dirapihkan kembali
j. Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ketempat semula.

6. Pemberian Pengobatan dengan Inhalasi Mulut
a.       Duduk tegak atau berdiri dengan dagu terangkat.
b.      Buka tutup inhaler dan kocok inhaler dengan teratur.
c.       Jika baru pertama kali menggunakan inhaler selama seminggu atau lebih, maka untuk penggunaan pertama sebelum digunakan, semprotkan inhaler ke udara untuk mengecek apakah inhaler berfungsi dengan baik.
d.      Tarik nafas dalam-dalam dan buang perlahan. Lalu letakkan bagian mulut inhaler pada mulut (diantara gigi atas dan bawah), kemudian tutup mulut dengan merapatkan bibir (jangan digigit).
e.       Mulai dengan bernapas perlahan dan dalam melalui mulut inhaler, sambil bernapas secara berbarengan tekan bagian tombol inhaler untuk melepaskan obatnya. Satu kali tekan merupakan satu kali semprotan obat.
f.       Lanjutkan untuk bernapas dalam untuk memastikan obat dapat mencapai paru-paru.
g.      Tahan napas selama kurang lebih 10 detik (atau selama kondisi senyaman yang terasa) lalu buang napas perlahan.
h.      Jika membutuhkan semprotan berikutnya, tunggu sampai 30 detik, dan kocok kembali inhaler, ulangi langkah 4 sampai 7.
i.        Tutup kembali mulut inhaler dan simpan inhaler di tempat yang kering.
j.        Setelah selesai, berkumur-kumur, dan catat dosis yang sudah terpakai.

7.      Pemberian Pengobatan pada Vagina
a. Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah dan dosis
b.      Identifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya
c.   Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu
d.    Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul supinasi eksternal
e.  Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area perineal saja.
f.       Pakai sarung tangan
g. Inspeksi orifisium vagina, catat adanya pengeluaran, bau atau rasa yang tidak nyaman
h. Lakukan tindakan perawatan perineum

8.      Pemberian Vaginal Douche
a.       Pilihlah produk untuk melakukan douche. Pilihlah alat douche yang tepat di apotek sekitar Anda. Hindari larutan yang mengandung pewangi atau pewarna untuk mencegah terjadinya infeksi. Untuk alternatif lain, Anda bisa membuat larutan douche sendiri di rumah menggunakan cuka dan botol pencet untuk pengaplikasian.
b.      Siapkan larutan douche. Jika Anda membeli satu kotak peralatan douche, ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan untuk mempersiapkan larutan douche. Biasanya Anda akan membutuhkan satu liter air untuk mempersiapkannya. Atau buatlah larutan sendiri sebanyak setidaknya dua cangkir. Anda cukup mencampurkan cuka dan air dengan rasio 1:3.
c.    Isi botol pencet atau kantong douche dengan larutan. Lakukanlah sesuai dengan petunjuk pada kemasan, atau cukup tuangkan larutan ke dalam botol pencet. Usahakan untuk mengisi botol hingga penuh, dan jika masih ada larutan yang tersisa, Anda bisa mengisinya lagi nanti.
d.      Masuklah ke kamar mandi. Kadang kala, larutan douche bisa berantakan ke mana-mana saat disemprotkan. Untuk mencegah hal tersebut, pastikan Anda berada di kamar mandi selama melakukan douche. Selain itu, Anda juga mungkin ingin mandi setelah prosesnya selesai.
e.       Bilas rongga vagina menggunakan botol pencet. Masukkan ujung botol atau kantong douche ke dalam vagina, lalu pencet untuk mengeluarkan cairan. Lanjutkan pencucian ini sampai semua cairan habis terpakai.
f.  Cucilah bagian luar vagina. Gunakan sabun yang lembut dan air hangat untuk mencuci bagian luar vagina seperti Anda biasa lakukan saat mandi. Tujuannya adalah untuk membersihkan larutan douche yang tersisa di bagian luar. Namun, Anda tidak perlu khawatir sebab larutan douche relatif tidak berbahaya jika terkena bagian luar tubuh
g.      Selesaikan dengan bersih-bersih. Lanjutkan dengan pembersihan lainnya yang dirasa perlu. Bersihkan kantong douche atau botol pencet, lalu simpan agar bisa digunakan kembali nanti. Bersihkan apapun yang berantakan akibat pembuatan larutan.


Daftar Pustaka

1.       Key, Joice L dan Evelyn R. Hayes. 1996.PHARMACOLOGY: A NURSING PROCESS APROACH. Jakarta :  W.B Saunders Company
2.       Semaraputraadjoezt. 2016. Teknik Pemberian Obat Luar. Kamis 9 maret 2017 17.21


Tidak ada komentar:

Posting Komentar