Minggu, 12 Maret 2017

Obat Tidur

Disusun Oleh :

Alfiana Zulfida                     (P07120116034)
Wawuri Handayani              (P07120116035)
Atika Julia Sari                    (P07120116036)


1.      GANGGUAN TIDUR DAN POLA TIDUR
Gangguan tidur adalah berbagai penyakit yang mengganggu pola tidur seseorang, juga dikenal sebagai somnipathy. Gangguan tidur memiliki berbagai jenis, mulai dari ringan sampai parah. Gangguan tidur yang lebih parah dapat menganggu aspek jiwa, fisik, emosional, dan sosial dari kehidupan seseorang. Gangguan tidur dapat dibedakan menjadi tiga kategori utama, yaitu:
  • Disomnia. Pasien yang menderita penyakit ini akan mengalami kesulitan tidur atau tetap tertidur. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini biasanya ditandai dengan kesulitan memulai atau tetap tertidur, tidur berlebih, atau gangguan apapun yang dapat mempengaruhi saat, kualitas, dan jumlah waktu istirahat pasien. Insomnia dan narkolepsi adalah jenis disomnia yang paling umum.
  • Parasomnia. Penyakit di kategori ini meliputi mimpi, perilaku, emosi, pergerakan, dan persepsi yang tidak normal ketika pasien tertidur. Kebanyakan penyakit di kategori parasomnia adalah gangguan berupa “rangsangan” atau terbangun yang terjadi di antara tidur NREM atau REM dan kondisi sadar. Beberapa contoh parasomnia yang paling umum adalah berjalan saat tidur, teror malam, menggertakkan gigi atau bruxism, gangguan makan akibat tidur dan sindrom kaki gelisah.
  • Gangguan tidur ritme sirkadian. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah penyakit yang mempengaruhi kapan pasien tertidur. Pasien yang menderita jenis gangguan tidur ini memiliki kesulitan tidur serta terbangun pada waktu yang “normal” dan sesuai dengan kebutuhan sosial, pribadi, dan profesional mereka. Singkatnya, tubuh mereka memiliki waktu tidur yang tidak normal. Ada dua subkategori gangguan tidur ritme sirkadian, yaitu intrinsik dan ekstrinsik.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi gangguan pola tidur, diantaranya adalah sebagai berikut :
a.Lingkungan
Lingkungan dapat mendukung dan menghambat tidur. Temperatur, ventilasi, penerangan ruangan dan kondisi kebisingan sangat berpengaruh terhadap tidur seseorang.

b.Kelelahan
Kelelahan akan berpengaruh terhadap pola tidur seseorang.Semakin lelah seseorang maka akan semakin pendek tidur REMnya.

c. Penyakit
Sakit menyebabkan nyeri dapat menimbulkan masalah tidur. Seseorang yang sedang sakit membutuhkan waktu tidur lebih lama dari keadaan normal. Sering sekali pada orang sakit pola tidurnya juga akan terganggu karena penyakitnya seperti rasa nyeriyang ditimbulkan oleh luka.

d. Gaya hidup
Orang yang bekerja shift dan sering berubah shiftnya harus mengatur kegiatan agar dapat tidur pada waktu yang tepat. Keadaan rileks sebelum istirahat merupakan faktor yang berpengaruh terhadap seseorang untuk dapat tidur.

e. Obat-obatan dan alcohol
Beberapa obat-obatan berpengaruh terhadap kualita tidur. Obat-obatan yang mengandung diuretic menyebabkan insomnia, anti depresan akan memsupresi REM. Orang yang minum alcohol terlalu banyak sering kali mengalami gangguan tidur.

f.Merokok
Nicotine mempunyai efek menstimulasi tubuh dan perokok seringkali mempunyai lebih banyak kesulitan untuk bisa tidur dibandingkan dengan yang tidak perokok. Dengan menahan tidak merokok setalah makan malam orang biasanya akan tidur lebih baik. Banyak perokok melaporkan pola tidurnya menjadi lebih baik ketika mereka berhenti merokok

2.      TERAPI SEDATIVE-HIPNOTIC
Hipnotik dan sedatif merupakan golongan obat pendepresi sistem saraf pusat (SSP). Efeknya bergantung kepada dosis, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan rasa kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaiu hilangnya kesadaran, keadaan anestesia, koma, mati.
Pada dosis terapi, obat sedatif dapat menekan aktivitas mental, menurukan respons terhadap rangsangan sehingga menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan emmepermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis. Penggolongan obt sedatif-hipnotik :
1.      Benzodiazepine
Sifat fisikokimia dan farmakokinetik benzodiazepine sangat memengaruhi penggunaannya dalam klinik karena menentukan lama kerjanya. Secara umum penggunaan terapi benzodiazepine bergantung kepada waktu paruhnya, dan tidak selalu sesuai dengan indikasi yang dipasarkan.

2.      Barbiturate.
Barbiturate secara oral diarsorpsi cepat dan sempurna dari lambung dan usus halus ke dala darah. Barbiturate didistribusi secara luas dan dapat melewati plasenta, ikatan dengan protein plasma sesuai dengan kalarutan dalam lemak.
Barbiturate tidak boleh diberikan kepada penderita alergi barbiturate, penyakit hati atau ginjal, hipoksia, penyakit Parkinson. Barbiturate juga tidak boleh diberikan kepada penderita psikoneuritik tertentu, karena dapat menambah kebingungan dimalam hari yang terjadi pada penderita usia lanjut.

3.      Lain-lain
a.       Propofol
Propofol didrgradasi dihati melalui metabolisme oksidatif hepatic. Metabolisme hepatic lebih cepat dan lebih banyak menimbulkan inaktivasi obat dan terlarut air sementara metabolisme asam glukonarat melalui ginjal.

b.      Ketamine
Ketamine memiliki keuntungan dimana tidak seperti propofol dan etomidate, ketain larut dalam air dan dapat menyebabkan analgesic pada dosis subanestetik.

c.       Dekstrometropan
Dekstrometropan sering digunakan sebagai penghambat respon batuk sentral. Obat ini memiliki efek yang seimbang dengan kodein sebagai antitusif tetapi tidak memiliki efek analgesic.

3. TERAPI PENDERITA INSOMNIA
Insomnia adalah merupakan suatu gejala, bukan merupakan suatu diagnosis, maka terapi yang diberikan adalah secara sistomatik. Walaupun insomnia merupakan suatu gejala, namun gejala ini bisa menjadi sangat mengganggu aktivitas dan produktivias penderita, terutama penderita dengan usia produktif. Oleh karena itu, penderita berhak mendapatkan terapi yang sewajarnya. Pendekatan terapi pada penderita insomnia ini bisa dengan farmakologi atau non-farmakologi, berdasarkan berat dan perjalanan gejala insomnia itu sendiri.

Farmakologi
Meresepkan obat-obatan untuk penderita dengan insomnia harus berdasarkan tingkat keparahan gejala di siang hari, dan sering diberikan pada penderita dengan insomnia jangka pendek supaya tidak berlanjut ke insomnia kronis. Terdapat beberapa pertimbangan dalam memberikan pengobatan insomnia :
1.    memiliki efek samping yang minimal;
2.    mempunyai onset yang cepat dalam mempersingkat proses memulai tidur; dan
3.    lama kerja obat tidak mengganggu aktivitas di siang hari. Obat tidur hanya digunakan dalam waktu yang singkat, yaitu sekitar 2-4 minggu.

Secara dasarnya, penanganan dengan obat-obatan bisa diklasifikasikan menjadi : benzodiazepine, non-benzodiazepine dan miscellaneous sleep promoting agent.

1.    Benzodiazepine
Golongan benzodiazepine telah lama digunakan dalam menangani penderita insomnia karena lebih aman dibandingkan barbiturate pada era 1980-an. Namun akhir-akhir ini, obat golongan ini sudah mulai ditingalkan karena sering menyebab ketergantungan, efek toleran dan menimbulkan gejala withdrawal pada kebanyakan penderita yang menggunakannya. Selain itu, munculnya obat baru yang lebih aman yang sekarang menjadi pilihan berbanding golongan ini. Kerja obat ini adalah pada resepor γ-aminobutyric acid (GABA) post- synaptic, dimana obat ini meningkatkan efek GABA (menghambat neurotransmitter di CNS) yang memberi efek sedasi, mengantuk, dan melemaskan otot. Beberapa contoh obat dari golongan ini adalah : triazolam, temazepam, dan lorazepam. Namun, efek samping yang dari obat golongan ini harus diperhatikan dengan teliti. Efek samping yang paling sering adalah, merasa pusing, hipotensi dan juga distress respirasi. Oleh sebab itu, obat ini harus diberikan secara hati-hati pada penderita yang masalah respirasi kronis seperti penyakit paru obstrutif kronis (PPOK). Dari hasil penelitian, obat ini sering dikaitkan dengan fraktur akibat jatuh pada penderita dengan usia lanjut dengan pemberian obat dengan kerja yang lama maupun kerja singkat.

2.    Non-benzodiazepine
Golongan non-benzodiazepine mempunyai efektifitas yang mirip dengan benzodiazepine, tetapi mempunyai efek samping yang lebih ringan. Efek samping seperti distress pernafasan, amnesia, hipotensi ortostatik dan jatuh lebih jarang ditemukan pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan. Zolpidem merupakan salah satu derivate non-benzodiazepine yang banyak digunakan untuk pengobatan jangka pendek. Obat ini bekerja pada reseptor selektif α-1 subunit GABAA reseptor tanpa menimbulkan efek sedasi dan hipnotik tanpa menimbulkan efek anxiolotik, melemaskan otot dan antikonvulsi yang terdapat pada benzodiazepine. Pada clinical trial yang dilakukan, obat ini dapat mempercepat onset tidur dan meningkatkan jumlah waktu tidur dan mengurangi frekuensi terjadinya interupsi sewaktu tidur tanpa menimbulkan efek rebound dan ketergantungan pada penderita. Zaleplonadalah pilihan lain selain zolpidem, adalah derivat pyrazolopyrimidine. Obat ini mempunyai waktu kerja yang cepat dan sangat pendek yatu 1 jam. Cara kerjanya sama seperti zolpidem yaitu pada reseptor subunit α-1 GABAA reseptor. Efektivitasnya sangat mirip dengan zolpidem, tetapi, pada suatu penelitian, dikatakan obat ini memiliki efek yang lebih superior berbanding zolpidem. Sering menjadi pilihan utama pada penderita dengan usia produktif karena masa kerja obat yang sangat pendek sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Pada sesetengah penelitian, ada menyatakan pilihan lain seperti eszopiclone dan Ramelteon dimana mempunyai efektifitas yang mirip dengan zolpidem dan zaleplon.

3.    Miscellaneous sleep promoting agent
Obat-obat dari golongan ini dikatakan mampu mempersingkat onset tidur dan mengurangi frekuensi terbangun saat siklus tidur. Namun keterangan ini masih belum mempunyai dibuktikan secara signifikan. Melatonin tersedia dalam bentuk sintetik maupun natural. Melatonin secara alami diproduksi dalam tubuh manusia normal oleh kelenjar pineal. Melalui penyelidikan, sekresi melatonin meningkat sewaktu onset tidur dimulai dan mulai menurun saat bangun tidur. Ada penelitian yang menyebut, sekresi melatonin ini juga terkait intesnsitas cahaya, dimana produksinya meningkat saat hari mulai gelap dan berkurang saat hari mulai cerah, sesuai siklus tidur manusia. Melatonin menstimulasi tidur dengan menekan signal bangun tidur pada suprakiasmatik pada hipotamalamus. Oleh itu, ada juga studi yang menyatakan pemberian melatonin pada siang hari dapat menimbulkan efek sedasi. Farmakokinetik dari melatonin belum dapat ditemukan secara pasti karena sangat tergantung pada dosis, penyerapan oleh tubuh, waktu adminitrasi dan juga bentuk sediaan. Belum ada penelitian tentang efek samping melatonin, namun dinyatakan pada beberapa penelitian, melatonin menimbulkan pusing, sakit kepala, lemas dan ketidaknyamanan pada penderita. Dengan pemberian megadose (300mg/hari), dapat menyebabkan menghambat fungsi ovary. Oleh itu hindari pemberian melatonin pada perempuan hamil dan yang sedang dalam proses menyusui.

a.    Antihistamin
Antihistamin adalah bahan utama dalam obat tidur. dephenydramine citrate, diphenhydramine hydrochloride, dan docylamine succinate adalah tiga derivate yang telah mendapat persetujuan dari FDA.2 Efek samping dari obat ini adalah pusing, lemas dan mengantuk di siang hari ditemukan hampir pada 10-25% penderita yang mengkonsumsi obat ini. Efikasi dari obat ini dalam penanganan insomnia belum dapat dipastikan dengan signifikan karena penelitian keterkaitan anti-histamine dengan penanganan insomnia belum menemukan bukti yang kuat.
b.    Alkohol
Alkohol sering digunakan oleh orang awam dalam menghadapi kesulitan tidur. Data terkumpul menyatakan 13.3% penderita dari usia 18-45 tahun mengkonsumsi alkohol untuk mengatasi gangguan tidur, namun ini tidak mempunyai bukti yang nyata. Alkohol mempunyai efek yang bervariasi terhadap siklus tidur. Alkohol diduga dapat menyebabkan tidur yang terganggu diengah-tengah siklus tidur dan memperpendek fase REM. Selain tiu, alkohol dapat menyebabkan ketergantungan, toleran dan penggunaan yang berlebihan.
c.    Antidepresan
Antidepresan dengan dosis rendah seperti trazodone, amitriptyline, doxepine, dan mitrazapine sering digunakan pada penderita insomnia tanpa gejala depresi. Bukti efektivitas penggunaan antidepresan pada penderita insomnia sangat tidak mencukupi. Namun, obat ini bisa diberikan karena tidak memberikan efek samping dan harga obat ini yang sangat murah.

d.   Kava-kava
Kava-kava adalah suatu pengobatan alternative yang diesktrak dari akar pohon Polynesian, Piper methysticum sp.Ekstrak ini dipercayai mengandungi zat aktif yang mengeksitasi tingkat selular yang bisa menimulkan efek anxiolitik dan sedatif. Zat ini mempunyai onset yang cepat dan efek mengantuk di siang hari yang minimal. Namun begitu, zat ini dilarang di Eropah karena bersifat hepatotoksik.
e.    Valerian
Valerian berasal dari Valeriana officinalis yang bisa memberi efek sedatif, tetapi mekanisme kerjanya belum diketahui secara pasti. Dipercayai, zat ini bereaksi pada reseptor GABA. Ia mempunyai onset kerja yang sangat lambat (2-3 minggu) sehinga tidak sesuai diberikan pada penderita insomnia akut. Efek samping yang ditimbulkan tidak jelas dan efektifitas zat ini belum dapat dibuktikan secara pasti.
f.     Aromaterapi
Aromaterapi membantu dalam menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif untuk penderita. Aromaterapi yang sering digunakan adalah ekstrak lavender, chamomile dan ylang-ylang, namun belum ada data yang mendukung terapi menggunakan metode aromaterapi.




Sumber :




Tidak ada komentar:

Posting Komentar