Minggu, 12 Maret 2017

KERJA OBAT PADA RENTANG KEHIDUPAN



Disusun Oleh:
1. Diky Purwo Handoko            (P07200116004)
2. Dena Arlenia                         (P07200116005)
3. Roshinta Kumala Dewi         (P07200116006)        



A.           Faktor yang mempengaruhi terapi obat
1.             Usia
Proses penuaan membawa perubahan dalam komposisi tubuh dan fungsi organ yang dapat mempengaruhi respon pasien dewasa terhadap terapi obat. Usia pasien dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap terapi obat.
2.             Berat badan
Pasien yang kelebihan berat badan mungkin memerlukan dosis obat yang lebih tinggi untuk mencapai respon terapi yang sama dibandingkan dengan orang umumnya. Sebaliknya, pasien yang kekurangan berat badan dibandingkan dengan orang umumnya cenderung membutuhkan dosis lebih rendah untuk respon terapi yang sama.
3.             Jenis kelamin
Jenis kelamin obat tertentu adalah sebuah ilmu yang berkembang yang mempelajari perbedaan dalam fungsi normal dari pria dan wanita dan menunjukkan bagaimana orang-orang dari setiap jenis kelamin memandang dan mengalamai penyakit. Di hampir setiap sistem tubuh, pria dan wanita memiliki fungsi berbeda, serta memahami dan mengalami penyakit yang berbeda pula.
4.             Tingkat metabolisme
Pasien dengan tingkat metabolisme yang lebih tinggi dari rata-rata cenderung memetabolisme obat lebih cepat, sehingga membutuhkan dosis yang lebih besar atau pengobatan yang lebih sering. Kebalikannya berlaku untuk pasien dengan tingkat metabolisme yang lebih rendah dari  rata-rata.
5.             Penyakit
Kondisi patologis dapat mengubah tingkat penyerapan, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Misalnya, pasien yang shock telah mengalami pengurangan sirkulasi pembuluh darah perifer dan akan lebih lambat menyerap obat intramuskuler atau obat yang disuntik secara subkutan.
6.             Toleransi
Toleransi terjadi ketika seseorang mulai memerlukan dosis obat lebih tinggi untuk menghasilkan efek yang sama dengan dosis rendah yang pernah diberi. Contohnya adalah orang yang kecanduan heroin. Setelah beberapa minggu penggunaan, dosis yang lebih besar diperlukan untuk mendapatkan efek "nikmat" yang sama. toleransi dapat disebabkan oleh ketergantungan psikis, atau tubuh dapat memetabolisme obat tertentu lebih cepat dari sebelumnya, dengan demikian menyebabkan efek obat berkurang lebih cepat.

B.            Faktor Pengaruh Kerja Obat
1.      Metabolisme
Metabolisme obat adalah proses dimana tubuh menginaktivasi obat-obatan. Hal ini dikontrol oleh factor- faktor seperti gen, diet, usia, kesehatan dan kematangan sistem enzim. Sistem enzim terutama (pada bagian) hati merupakan jalur utama dari metabolism obat. Proses metabolisme obat dipengaruhi oleh:
a.              Usia
Sistem metabolisme ada pada saat lahir, tapi mereka matang pada tingkatan yang berbeda, butuh beberapa minggu sampai tahuan hingga dapat sepenuhnya berkembang. Ukuran hati, dari fungsi sel hati, dan aliran darah menurun sejalan dengan usia, hasilnya metabolisme obat lebih lambat daripada orang yang lebih muda.
b.             Jenis Kelamin
Saat ini diketahui bahwa lelaki dan perempuan mempunyai perbedaan hal  konsentrasi dari sistem enzim selama hidupnya. Komponen CYP3A4 dari system sitrokom P450 dari system metabolisme lebih dari 50% adalah obat-obatan, dan ini 40% lebih aktif di dalam tubuh wanita. Obat-obatan seperti eritromicin, prednisolone, verapamil, dan diazepam, dimetabolisme lebih cepat didalam tubuh wanita dibandingan pria.
2.      Ekskresi
Metabolisme obat, yang mana produk hasil dari metabolisme dan, dibeberapa kasus, obat yang aktif sendiri—kemungkinan dikeluarkan dari tubuh. Rute utamanya  adalah melalui tubulus ginjal ke dalam  urine dan melalui saluran pencernaan ke dalam feses. Rute kecil umum lainnya dari eksresi termasuk evaporasi kedalam kulit, perapasan oleh paru paru, dan sekresi ke dalam saliya dan ASI.
a.              Usia
Saat lahir, seorang bayi premature memiliki 15% kapasitas ginjal dari orang dewasa, sementara untuk bayi (normal) yang baru lahir kira kira memiliki 35% dari kapasitas tersebut. Kapasitas filtrasi seorang bayi meningkat kira kira 50% dari orang dewasa pada usia 4 minggu dan ini setara dengan fungsi kapasitas penuh orang dewasa pada usia 9 sampai 12 bulan. Obat obatan yang diekskresikan (terutama) oleh ginjal (contohnya  penicillin, gentamicin, tobramycin, vancomicin) harus diberikan dengan dosis yang ditingkatkan atau diberikan lebih sering untuk menjaga konsentrasi terapi serum sebagai fungsi jantung dewasa.
3.      Distribusi
Istilah distribusi mengaju pada bagaimana obat-obatan ditransportasikan dengan peredaran cairan tubuh ke reseptor, metablosime dan ekskresi. Distribusi ini tergantung pada pH, konsentrasi air dalam tubuh (yaitu intraseluler,ekstraseluler, dan total air di tubuh), kehadiran (adanya/banyaknya/kandungan) dan kuantitas jaringan lemak, protein yang menigkat, curah jantung, dan aliran darah.
a.              Usia dan Jenis kelamin
Kebanyakan obat-batan di transportasi dan terlarut didalam peredaran air (yaitu darah) dari tubuh atau tulang ke protein plasma dalam darah. Total kandungan air dalam tubuh seorang bayi premature adalah 83% sedangkan dalam pria dewasa sebanyak 60%, hal ini menurun 50% untuk orang yang lebuh tua. Maknanya adalah bayi premature mempunyai volume distribusi lebih besar untuk obat-obatan larut dalam air dan membutuhkan dosis lebih tinggi yaitu mg/kg daripada balita atau oarng dwasa.
 
Dengan penuaan, masa tubuh orang tanpa lemak (orang yg kurus) dan kurangnya total air dalam tubuh dan total kandungan lemak yang meingkat. Berat badan seorang bayi premature mungkin tersusun oleh 1% sampai 2% lemak sedangkan untuk bayi normal sekitar 15% lemak. Total lemak tubuh orang dewasa berkisar dari 18% sampai 36% untuk lelaki dan 33% sampai 48% untuk wanita antara usia 18  dan (sampai) 35 tahun. Obat-obatan yang sangat larut dalam lemak (seperti anti depresan, penotiazin, benzodiapin,calciumchanel blockers) membutuhkan aksi permulaan lebih lama dan terakumulasi dalam jaringan lemak, sehingga memperpanjang (their opo).
 
C.           Pemantauan Terapetik Obat
Therapeutic Drug Monitoring (TDM) atau pemantauan terapetik obat adalah pengukuran konsentrasi kadar obat di dalam darah yang berhubungan dengan dosis yang diberikan dalam tubuh sehingga dapat mencegah adanya keracunan. Fungsi TDM untuk memilih obat, merancang aturan dosis, menentukan perlunya pengukuran konsentrasi obat dalam serum, menetapkan kadar obat, melakukan penilaian secara farmakokinetik kadar obat, menyesuaikan kembali aturan dosis, memantau konsentrasi obat dalam serum, dan menganjurkan adanya persyaratan khusus. Pengambilan darah sering digunakan TDM sebagai sampel, karena menunjukkan kerja obat dalam tubuh.Ada begitu banyak faktor yang mempengaruhi tingkat obat dalam darah yaitu usia dan berat badan pasien, rute pemberian obat, tingkat penyerapan obat, obat lain yang pasien miliki atau pengobatan lain yang sedang dijalani, penyakit lain yang pasien rasakan dan lainnya.Resiko dari metode pengujian ini dapat menyebabkan sedikit pendarahan dari tempat pengambilan spesimen darah, lemas atau merasakan pusing setelah spesimen darah diambil, atau terjadinya akumulasi darah pada tempat tusukan (hematoma).

D.    Implikasi Keperawatan Saat Memantau Terai Obat
Membahas secara rinci bagaimana tindakan keperawatan yang diterapkan untuk farmakologi. Dalam bab ini, yang membahas kerja obat di seluruh rentang kehidupan, itu telah sesuai untuk membahas tindakan keperawatan yang berhubungan dengan risiko-populasi tinggi, seperti pasien anak, pasien dewasa yang lebih tua, pasien hamil, dan pasien menyusui.
a.       Memantau Parameter
Semua obat memiliki sejumlah parameter (misalnya, mentukan tindakan terapi, efek samping yang umum, efek samping yang serius, dan setiap penggunan obat) yang seorang perawat harus memiliki pengetahuan sebelum mengambil tanggung jawab memberikan obat-obatan untuk pasien. Ketika tingkat tertinggi dan terendah untuk pengobatan telah ditentukann, maka penting bagi perawat memeriksa hasil laboratorium pada waktu yang tepat dan memastikan bahwa penulis resep akan diberitahu tentang hasil laboratorium. Dosis berikutnya obat tidak boleh diberikan sampai dosis telah diklarifikasi atas dasar tingkat darah yang telah diukur. 
b.      Pasien Pediatric
Anak-anak tidak hanya versi yang lebih kecil dari orang dewasa, karenanya prinsip-prinsip terapi obat tidak dapat diekstrapolasi untuk bayi dan anak-anak hanya atas dasar ukuran. Bayi dan anak-anak memiliki tubuh dan fungsi organ dalam keadaan yang sedang berlangsung perkembangannya. Prinsip umum bahwa perawat dapat berlaku untuk perawatan pasien anak adalah sebagai berikut:
a)      Meskipun bayi dan anak-anak memiliki kadar air tubuh total yang lebih tinggi, mereka lebih rentan terhadap dehidrasi demam muntah atau diare.
b)      Variasi berat dan pertumbuhan yang cepat diharapkan pada pasien anak selama pematangan normal. Penyesuaian dosis sering diperlukan untuk pasien yang meminum obat secara teratur (misalnya, obat-obatan kejang, obat alergi). Oleh karena itu penting untuk mendapatkan pengukuran tinggi dan berat badan yang akurat secara teratur.
c)      Pemantauan obat terapeutik sangat penting untuk neonatus, bayi, dan anak-anak untuk memastikan bahwa obat berada dalam rentang terapeutik yang tepat. Mendokumentasikan tiap sampel darah yang diambil dan waktu di mana obat diresapi untuk interpretasi hasil yang akurat dari.
d)     Hal ini sering sulit untuk mengakses respon terapi dengan obat-obatan diberikan untuk neonatus, bayi, dan anak-anak muda karena pasien ini sering nonverbal atau tidak dapat memberitahu kita mana yang sakit.
e)      Perawat banyak yang merasa kesulitan untuk mengukur dan mengelola dosis obat oral untuk pasien anak secara akurat.
f)       Obat yang secara rutin digunakan untuk analgesia dan antipyresis (pengurangan demam) pada pasien pediatrik yaitu ibuprofen dan acetaminophen.

c.       Pasien geriatri
Pasien geriatri semakin meningkat dari waktu ke waktu. Meskipun orang-orang yang berusia lebih dari 65 tahun mewakili sekitar 14% dari penduduk AS, mereka mengkonsumsi lebih dari 25% dari semua obat resep dan 33% dari semua obat-obatan nonresep dijual. Prevalensi penggunaan obat resep dalam peningkatan populasi orang dewasa sejalan dengan usia lanjut.
Ketika memulai terapi dengan pasien geriatri, ingat berikut:
a)      Mulai dari satu-sepertiga sampai setengah dari orang dewasa normal dosis yang dianjurkan, dan kemudian secara bertahap meningkatkan dosis pada interval sehinga sesuai untuk menilai efek terapi dan pengembangan dampak buruk
b)      Jauhkan rejimen multidrug sederhana dengan menggunakan alat bantu seperti kalender atau kotak pil dengan slot waktu untuk mencegah kebingungan.
c)      Gunakan pemantauan obat terapeutik ketika data tingkat obat serum yang tersedia untuk obat tertentu.
d)     Ketika menyerahkan resep baru yang akan diisi pasien, tanyakan tentang kemampuannya untuk membayar obat baru. Jangan biarkan ketidakmampuan untuk membayar menjadi penghalang untuk terapi merujuk pasien ke pelayanan sosial, sesuai kebutuhan.

d.      Pasien hamil
Selama kehamilan, janin terkena obat-obatan dan zat-zat asing yang beredar dalam darah ibu. Janin sangat sensitif terhadap zat-zat beracun saat berada di rahim karena alasan berikut:
a)      Mereka memiliki beberapa protein yang beredar yang dapat mengikat obat
b)      Sistem enzim mereka yang belum berkembang atau belum matang, yang kemudian akan memetabolisme obat,
c)      Sistem ekskresi mereka masih belum berfungsi.
Beberapa obat (dikenal sebagai teratogen) akan menyebabkan perkembangan abnormal pada gen jika mereka menggunakannya saat hamilan dalam kurun waktu tertentu. Prinsip umum bahwa perawat dapat berlaku untuk perawatan pasien hamil adalah sebagai berikut:
a)      Dari berbagai pengalaman, waspada terhadap kemungkinan kehamilan pada wanita usia subur, terutama pada mereka yang menunjukkan gejala-gejala awal kehamilan, termasuk mual, muntah, dan sering buang air kecil.
b)      Menyelesaikan riwayat obat menyeluruh, termasuk penggunaan nonprescription dan obat-obatan herbal dan suplements gizi.
c)      Anjurkan pasien untuk menghindari obat-obatan yang umum digunakan pada setiap tahap kehamilan, kecuali penggunaan tersebut direkomendasikan oleh pasien dokter.
d)     Saran terhadap penggunaan tembakau, ibu yang merokok memiliki frekuensi yang lebih tinggi keguguran, saat kelahiran, kelahiran prematur, dan berat bayi lahir rendah.
e)      Obat-obatan herbal yang belum diuji secara ilmiah pada wanita selama kehamilan sebaiknya dihindari.

e.       Masa Menyusui
Banyak obat yang dikenal dapat merangsang ASI dari ibu menyusui dan memiliki potensi untuk membahayakan bayi. The American Academy of Pediatrics memberikan daftar obat-obatan dan efek potensial mereka pada bayi menyusui.
Harus diingat perawat saat merawat pasien yang menyusui bahwa meskipun kadar obat dalam ASI mungkin aman, yang terbaik adalah selalu membahas semua obat-obatan - termasuk resep, nonprescription, dan produk-herbal dengan dokter sebelum mengambil tindakan tersebut. Obat harus segera digunakan segera setelah ibu selesai menyusui atau sebelum bayi memasuki periode tidur lagi. Merupakan hal yang penting untuk mendidik para ibu tentang apa efek samping dari obat terebut yang mungkin terjadi pada bayi sehingga ibu dapat mempertimbngkan terapi lain yang mungkin dapat digunakan.

E.     Genetika dan Metabolisme Obat
Komposisi genetik berfungsi sebagai fondasi dasar untuk semua tanggapan obat dan durasi kerja dalam tubuh sepanjang hidup seseorang. Genetika  adalah studi tentang bagaimana organisme hidup mewarisi karakteristik atau sifat-sifat dari nenek moyang mereka, seperti warna rambut, warna mata, dan pigmentasi kulit. Adanya variasi genetik tersebut menyebabkan perbedaan aktivitas dan kapasitas suatu enzim serta gen dalam menjalankan fungsinya. Keterlibatan gen dan protein di dalam perjalanan penyakit dan respon tubuh terhadap obat telah lama menjadi perhatian dalam bidang kesehatan. Farmakogenomik merupakan bidang ilmu yang dapat menjelaskan bahwa adanya perbedaan respon dari setiap individu terhadap obat yang diberikan dan kaitannya dengan perbedaan genetik dari masing-masing individu tersebut. Semakin banyak informasi yang diketahui tentang peranan genetik dalam respon obat maka akan membantu para peneliti dalam pengembangan obat.
Pada dasarnya metabolisme obat memiliki dua efek penting di dalam tubuh yaitu obat akan menjadi lebih hidrofilik sehingga akan lebih cepat diekskresi melalui ginjal, karena metabolit yang kurang larut lemak tidak mudah direabsorpsi dalam tubulus ginjal dan metabolit yang dihasilkan dari proses metabolisme umumnya kurang aktif daripada obat asalnya. Namun tidak semua obat akan mengalami hal tersebut, karena pada beberapa obat, metabolitnya memiliki aktivitas yang sama atau lebih aktif daripada obat aslinya, contohnya Diazepam dimetabolisme menjadi nordiazepam dan oxazepam, keduanya aktif. Prodrug bersifat inaktif sampai dimetabolisme dalam tubuh menjadi obat aktif.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar