Disusun Oleh:
1. Diky Purwo Handoko (P07200116004)
2.
Dena Arlenia (P07200116005)
3.
Roshinta Kumala Dewi (P07200116006)
A.
Faktor
yang mempengaruhi terapi obat
1.
Usia
Proses
penuaan membawa perubahan dalam komposisi tubuh dan fungsi organ yang dapat
mempengaruhi respon pasien dewasa terhadap terapi obat. Usia pasien dapat
memiliki dampak yang signifikan terhadap terapi obat.
2.
Berat
badan
Pasien
yang kelebihan berat badan mungkin memerlukan dosis obat yang lebih tinggi untuk
mencapai respon terapi yang sama dibandingkan dengan orang umumnya. Sebaliknya,
pasien yang kekurangan berat badan dibandingkan dengan orang umumnya cenderung
membutuhkan dosis lebih rendah untuk respon terapi yang sama.
3.
Jenis
kelamin
Jenis
kelamin obat tertentu adalah sebuah ilmu yang berkembang yang mempelajari
perbedaan dalam fungsi normal dari pria dan wanita dan menunjukkan bagaimana
orang-orang dari setiap jenis kelamin memandang dan mengalamai penyakit. Di
hampir setiap sistem tubuh, pria dan wanita memiliki fungsi berbeda, serta
memahami dan mengalami penyakit yang berbeda pula.
4.
Tingkat
metabolisme
Pasien
dengan tingkat metabolisme yang lebih tinggi dari rata-rata cenderung
memetabolisme obat lebih cepat, sehingga membutuhkan dosis yang lebih besar
atau pengobatan yang lebih sering. Kebalikannya berlaku untuk pasien dengan
tingkat metabolisme yang lebih rendah dari
rata-rata.
5.
Penyakit
Kondisi
patologis dapat mengubah tingkat penyerapan, distribusi, metabolisme, dan
ekskresi. Misalnya, pasien yang shock telah mengalami pengurangan sirkulasi
pembuluh darah perifer dan akan lebih lambat menyerap obat intramuskuler atau
obat yang disuntik secara subkutan.
6.
Toleransi
Toleransi
terjadi ketika seseorang mulai memerlukan dosis obat lebih tinggi untuk menghasilkan
efek yang sama dengan dosis rendah yang pernah diberi. Contohnya adalah orang
yang kecanduan heroin. Setelah beberapa minggu penggunaan, dosis yang lebih
besar diperlukan untuk mendapatkan efek "nikmat" yang sama. toleransi
dapat disebabkan oleh ketergantungan psikis, atau tubuh dapat memetabolisme
obat tertentu lebih cepat dari sebelumnya, dengan demikian menyebabkan efek
obat berkurang lebih cepat.
B.
Faktor Pengaruh Kerja Obat
1. Metabolisme
Metabolisme obat adalah proses
dimana tubuh menginaktivasi obat-obatan. Hal ini dikontrol oleh factor- faktor
seperti gen, diet, usia, kesehatan dan kematangan sistem enzim. Sistem enzim
terutama (pada bagian) hati merupakan jalur utama dari metabolism obat. Proses
metabolisme obat dipengaruhi oleh:
a.
Usia
Sistem metabolisme ada pada saat
lahir, tapi mereka matang pada tingkatan yang berbeda, butuh beberapa minggu
sampai tahuan hingga dapat sepenuhnya berkembang. Ukuran hati, dari fungsi sel
hati, dan aliran darah menurun sejalan dengan usia, hasilnya metabolisme obat
lebih lambat daripada orang yang lebih muda.
b.
Jenis Kelamin
Saat ini diketahui bahwa lelaki dan
perempuan mempunyai perbedaan hal
konsentrasi dari sistem enzim selama hidupnya. Komponen CYP3A4 dari
system sitrokom P450 dari system metabolisme lebih dari 50% adalah obat-obatan,
dan ini 40% lebih aktif di dalam tubuh wanita. Obat-obatan seperti eritromicin,
prednisolone, verapamil, dan diazepam, dimetabolisme lebih cepat didalam tubuh
wanita dibandingan pria.
2. Ekskresi
Metabolisme obat, yang mana produk hasil dari metabolisme dan, dibeberapa kasus, obat yang aktif sendiri—kemungkinan dikeluarkan dari tubuh. Rute utamanya adalah melalui tubulus ginjal ke dalam urine dan melalui saluran pencernaan ke dalam feses. Rute kecil umum lainnya dari eksresi termasuk evaporasi kedalam kulit, perapasan oleh paru paru, dan sekresi ke dalam saliya dan ASI.
a. Usia
Saat lahir, seorang bayi premature memiliki 15% kapasitas ginjal dari orang dewasa, sementara untuk bayi (normal) yang baru lahir kira kira memiliki 35% dari kapasitas tersebut. Kapasitas filtrasi seorang bayi meningkat kira kira 50% dari orang dewasa pada usia 4 minggu dan ini setara dengan fungsi kapasitas penuh orang dewasa pada usia 9 sampai 12 bulan. Obat obatan yang diekskresikan (terutama) oleh ginjal (contohnya penicillin, gentamicin, tobramycin, vancomicin) harus diberikan dengan dosis yang ditingkatkan atau diberikan lebih sering untuk menjaga konsentrasi terapi serum sebagai fungsi jantung dewasa.
3. Distribusi
Istilah distribusi mengaju pada bagaimana obat-obatan ditransportasikan dengan peredaran cairan tubuh ke reseptor, metablosime dan ekskresi. Distribusi ini tergantung pada pH, konsentrasi air dalam tubuh (yaitu intraseluler,ekstraseluler, dan total air di tubuh), kehadiran (adanya/banyaknya/kandungan) dan kuantitas jaringan lemak, protein yang menigkat, curah jantung, dan aliran darah.
a. Usia dan Jenis kelamin
Kebanyakan obat-batan di transportasi dan terlarut didalam peredaran air (yaitu darah) dari tubuh atau tulang ke protein plasma dalam darah. Total kandungan air dalam tubuh seorang bayi premature adalah 83% sedangkan dalam pria dewasa sebanyak 60%, hal ini menurun 50% untuk orang yang lebuh tua. Maknanya adalah bayi premature mempunyai volume distribusi lebih besar untuk obat-obatan larut dalam air dan membutuhkan dosis lebih tinggi yaitu mg/kg daripada balita atau oarng dwasa.
Dengan penuaan, masa tubuh orang tanpa lemak (orang yg kurus) dan kurangnya total air dalam tubuh dan total kandungan lemak yang meingkat. Berat badan seorang bayi premature mungkin tersusun oleh 1% sampai 2% lemak sedangkan untuk bayi normal sekitar 15% lemak. Total lemak tubuh orang dewasa berkisar dari 18% sampai 36% untuk lelaki dan 33% sampai 48% untuk wanita antara usia 18 dan (sampai) 35 tahun. Obat-obatan yang sangat larut dalam lemak (seperti anti depresan, penotiazin, benzodiapin,calciumchanel blockers) membutuhkan aksi permulaan lebih lama dan terakumulasi dalam jaringan lemak, sehingga memperpanjang (their opo).
C. Pemantauan Terapetik Obat
Therapeutic Drug Monitoring (TDM) atau
pemantauan terapetik obat adalah pengukuran konsentrasi kadar obat di dalam
darah yang berhubungan dengan dosis yang diberikan dalam tubuh sehingga dapat
mencegah adanya keracunan. Fungsi TDM untuk memilih obat, merancang aturan dosis,
menentukan perlunya pengukuran konsentrasi obat dalam serum, menetapkan kadar
obat, melakukan penilaian secara farmakokinetik kadar obat, menyesuaikan
kembali aturan dosis, memantau konsentrasi obat dalam serum, dan menganjurkan
adanya persyaratan khusus. Pengambilan darah sering digunakan TDM sebagai sampel,
karena menunjukkan kerja obat dalam tubuh.Ada begitu banyak faktor yang
mempengaruhi tingkat obat dalam darah yaitu usia dan berat badan pasien, rute
pemberian obat, tingkat penyerapan obat, obat lain yang pasien miliki atau
pengobatan lain yang sedang dijalani, penyakit lain yang pasien rasakan dan
lainnya.Resiko dari metode pengujian ini dapat menyebabkan sedikit pendarahan
dari tempat pengambilan spesimen darah, lemas atau merasakan pusing setelah spesimen
darah diambil, atau terjadinya akumulasi darah pada tempat tusukan (hematoma).
D.
Implikasi
Keperawatan Saat Memantau Terai Obat
Membahas
secara rinci bagaimana tindakan keperawatan yang diterapkan untuk farmakologi.
Dalam bab ini, yang membahas kerja obat di seluruh rentang kehidupan, itu telah
sesuai untuk membahas tindakan keperawatan yang berhubungan dengan
risiko-populasi tinggi, seperti pasien anak, pasien dewasa yang lebih tua,
pasien hamil, dan pasien menyusui.
a.
Memantau Parameter
Semua
obat memiliki sejumlah parameter (misalnya, mentukan tindakan terapi, efek
samping yang umum, efek samping yang serius, dan setiap penggunan obat) yang
seorang perawat harus memiliki pengetahuan sebelum mengambil tanggung jawab
memberikan obat-obatan untuk pasien. Ketika tingkat tertinggi dan terendah
untuk pengobatan telah ditentukann, maka penting bagi perawat memeriksa hasil
laboratorium pada waktu yang tepat dan memastikan bahwa penulis resep akan
diberitahu tentang hasil laboratorium. Dosis berikutnya obat tidak boleh
diberikan sampai dosis telah diklarifikasi atas dasar tingkat darah yang telah diukur.
b.
Pasien Pediatric
Anak-anak
tidak hanya versi yang lebih kecil dari orang dewasa, karenanya prinsip-prinsip
terapi obat tidak dapat diekstrapolasi untuk bayi dan anak-anak hanya atas
dasar ukuran. Bayi dan anak-anak memiliki tubuh dan fungsi organ dalam keadaan
yang sedang berlangsung perkembangannya. Prinsip umum bahwa perawat dapat
berlaku untuk perawatan pasien anak adalah sebagai berikut:
a)
Meskipun bayi dan
anak-anak memiliki kadar air tubuh total yang lebih tinggi, mereka lebih rentan
terhadap dehidrasi demam muntah atau diare.
b)
Variasi berat dan
pertumbuhan yang cepat diharapkan pada pasien anak selama pematangan normal. Penyesuaian
dosis sering diperlukan untuk pasien yang meminum obat secara teratur
(misalnya, obat-obatan kejang, obat alergi). Oleh karena itu penting untuk
mendapatkan pengukuran tinggi dan berat badan yang akurat secara teratur.
c)
Pemantauan obat
terapeutik sangat penting untuk neonatus, bayi, dan anak-anak untuk memastikan
bahwa obat berada dalam rentang terapeutik yang tepat. Mendokumentasikan tiap
sampel darah yang diambil dan waktu di mana obat diresapi untuk interpretasi hasil
yang akurat dari.
d)
Hal ini sering sulit
untuk mengakses respon terapi dengan obat-obatan diberikan untuk neonatus,
bayi, dan anak-anak muda karena pasien ini sering nonverbal atau tidak dapat
memberitahu kita mana yang sakit.
e)
Perawat banyak yang merasa
kesulitan untuk mengukur dan mengelola dosis obat oral untuk pasien anak secara
akurat.
f)
Obat yang secara rutin
digunakan untuk analgesia dan antipyresis (pengurangan demam) pada pasien
pediatrik yaitu ibuprofen dan acetaminophen.
c.
Pasien geriatri
Pasien
geriatri semakin meningkat dari waktu ke waktu. Meskipun orang-orang yang
berusia lebih dari 65 tahun mewakili sekitar 14% dari penduduk AS, mereka
mengkonsumsi lebih dari 25% dari semua obat resep dan 33% dari semua
obat-obatan nonresep dijual. Prevalensi penggunaan obat resep dalam peningkatan
populasi orang dewasa sejalan dengan usia lanjut.
Ketika memulai
terapi dengan pasien geriatri, ingat berikut:
a)
Mulai dari
satu-sepertiga sampai setengah dari orang dewasa normal dosis yang dianjurkan,
dan kemudian secara bertahap meningkatkan dosis pada interval sehinga sesuai
untuk menilai efek terapi dan pengembangan dampak buruk
b)
Jauhkan rejimen
multidrug sederhana dengan menggunakan alat bantu seperti kalender atau kotak
pil dengan slot waktu untuk mencegah kebingungan.
c)
Gunakan pemantauan obat
terapeutik ketika data tingkat obat serum yang tersedia untuk obat tertentu.
d)
Ketika menyerahkan resep
baru yang akan diisi pasien, tanyakan tentang kemampuannya untuk membayar obat
baru. Jangan biarkan ketidakmampuan untuk membayar menjadi penghalang untuk
terapi merujuk pasien ke pelayanan sosial, sesuai kebutuhan.
d.
Pasien hamil
Selama
kehamilan, janin terkena obat-obatan dan zat-zat asing yang beredar dalam darah
ibu. Janin sangat sensitif terhadap zat-zat beracun saat berada di rahim karena
alasan berikut:
a)
Mereka memiliki beberapa
protein yang beredar yang dapat mengikat obat
b)
Sistem enzim mereka
yang belum berkembang atau belum matang, yang kemudian akan memetabolisme obat,
c)
Sistem ekskresi mereka
masih belum berfungsi.
Beberapa
obat (dikenal sebagai teratogen) akan menyebabkan perkembangan abnormal pada
gen jika mereka menggunakannya saat hamilan dalam kurun waktu tertentu. Prinsip
umum bahwa perawat dapat berlaku untuk perawatan pasien hamil adalah sebagai
berikut:
a)
Dari berbagai
pengalaman, waspada terhadap kemungkinan kehamilan pada wanita usia subur,
terutama pada mereka yang menunjukkan gejala-gejala awal kehamilan, termasuk
mual, muntah, dan sering buang air kecil.
b)
Menyelesaikan riwayat
obat menyeluruh, termasuk penggunaan nonprescription dan obat-obatan herbal dan
suplements gizi.
c)
Anjurkan pasien untuk
menghindari obat-obatan yang umum digunakan pada setiap tahap kehamilan,
kecuali penggunaan tersebut direkomendasikan oleh pasien dokter.
d)
Saran terhadap
penggunaan tembakau, ibu yang merokok memiliki frekuensi yang lebih tinggi
keguguran, saat kelahiran, kelahiran prematur, dan berat bayi lahir rendah.
e)
Obat-obatan herbal yang
belum diuji secara ilmiah pada wanita selama kehamilan sebaiknya dihindari.
e.
Masa Menyusui
Banyak
obat yang dikenal dapat merangsang ASI dari ibu menyusui dan memiliki potensi
untuk membahayakan bayi. The American Academy of Pediatrics memberikan daftar
obat-obatan dan efek potensial mereka pada bayi menyusui.
Harus
diingat perawat saat merawat pasien yang menyusui bahwa meskipun kadar obat
dalam ASI mungkin aman, yang terbaik adalah selalu membahas semua obat-obatan -
termasuk resep, nonprescription, dan produk-herbal dengan dokter sebelum
mengambil tindakan tersebut. Obat harus segera digunakan segera setelah ibu
selesai menyusui atau sebelum bayi memasuki periode tidur lagi. Merupakan hal yang penting untuk
mendidik para ibu tentang apa efek samping dari obat terebut yang mungkin
terjadi pada bayi sehingga ibu dapat mempertimbngkan terapi lain yang mungkin
dapat digunakan.
E.
Genetika
dan Metabolisme Obat
Komposisi genetik berfungsi sebagai
fondasi dasar untuk semua tanggapan obat dan durasi kerja dalam tubuh sepanjang
hidup seseorang. Genetika adalah studi
tentang bagaimana organisme hidup mewarisi karakteristik atau sifat-sifat dari
nenek moyang mereka, seperti warna rambut, warna mata, dan pigmentasi kulit. Adanya
variasi genetik tersebut menyebabkan perbedaan aktivitas dan kapasitas suatu
enzim serta gen dalam menjalankan fungsinya. Keterlibatan
gen dan protein di dalam perjalanan penyakit dan respon tubuh terhadap obat
telah lama menjadi perhatian dalam bidang kesehatan. Farmakogenomik merupakan
bidang ilmu yang dapat menjelaskan bahwa adanya perbedaan respon dari setiap
individu terhadap obat yang diberikan dan kaitannya dengan perbedaan genetik
dari masing-masing individu tersebut. Semakin banyak informasi yang diketahui
tentang peranan genetik dalam respon obat maka akan membantu para peneliti
dalam pengembangan obat.
Pada
dasarnya metabolisme obat memiliki dua efek penting di dalam tubuh yaitu obat akan
menjadi lebih hidrofilik sehingga akan lebih cepat diekskresi melalui ginjal,
karena metabolit yang kurang larut lemak tidak mudah direabsorpsi dalam tubulus
ginjal dan metabolit yang dihasilkan dari proses metabolisme umumnya kurang
aktif daripada obat asalnya. Namun tidak semua obat akan mengalami hal
tersebut, karena pada beberapa obat, metabolitnya memiliki aktivitas yang sama
atau lebih aktif daripada obat aslinya, contohnya Diazepam dimetabolisme
menjadi nordiazepam dan oxazepam, keduanya aktif. Prodrug bersifat inaktif
sampai dimetabolisme dalam tubuh menjadi obat aktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar