Disusun Oleh :
Eva Kusdamayanti (P07120116037)
Indah Ratna Pratiwi (P07120116038)
Ricki Krisbyanto (P07120116039)
Ahmad Latif Inziaj (P07120116040)
Penyakit parkinson merupakan proses degeneratif yang
melibatkan neuron dopaminergik dalam substansia nigra (daerah ganglia basalis
yang memproduksi dan menyimpan
neurotransmitter dopamin). Daerah ini memainkan peran yang penting dalam
sistem ekstrapiramidal yang mengendalikan postur tubuh dan koordinasi gerakan
motorik volunter, sehingga penyakit ini karakteristiknya adalah gejala yang
terdiri dari bradikinesia, rigiditas,
tremor dan ketidakstabilan postur tubuh (kehilangan keseimbangan).
Parkinsonism adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor
waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat
penurunan kadar dopamin dengan berbagai macam sebab.
Penyakit Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak,
tepatnya di substansia nigra. Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan
yang tidak dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa
mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Penyakit ini
dipengaruhi beberapa faktor ;
1.
Usia
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang
paling lazim setelah penyakit Alzheimer, dengan insidens di Inggris kira-kira
20/100.000 dan prevalensinya 100-160/100.000. Prevalensinya kira-kira 1% pada
umur 65 tahun dan meningkat 4-5% pada usia 85 tahun.
2.
Genetik
Pandangan bahwa genetik terlibat pada
beberapa bentuk penyakit Parkinson telah diperkuat, bagaimanapun, dengan
penelitian bahwa kembar monozigot dengan onset penyakit sebelum usia 50 tahun
memiliki pembawa genetik yang sangat tinggi, lebih tinggi dari kembar dizigot
dengan penyakit early-onset. Adanya riwayat penyakit Parkinson pada keluarga
meningkatkan faktor resiko menderita penyakit Parkinson sebesar 8,8 kali pada
usia kurang dari 70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun. Meskipun
sangat jarang, jika disebabkan oleh keturunan, gejala parkinsonism tampak pada
usia relatif muda
3.
Limgkungan
a.
Xenobiotik . Berhubungan erat dengan paparan
pestisida yang dapat menimbulkan kerusakan mitokondria.
b.
Pekerjaan . Lebih banyak pada orang dengan
paparan metal yang lebih tinggi dan lama.
c.
Infeksi. Paparan virus influenza intrautero
diduga turut menjadi faktor predisposisi penyakit parkinson melalui kerusakan
substansia nigra. Penelitian pada hewan menunjukkan adanya kerusakan substansia
nigra oleh infeksi Nocardia astroides.
d.
Diet. Konsumsi lemak dan kalori tinggi
meningkatkan stres oksidatif, salah satu mekanisme kerusakan neuronal pada
penyakit parkinson. Sebaliknya, kopi merupakan neuroprotektif.
e.
Ras. Angka kejadian Parkinson lebih tinggi pada
orang kulit putih dibandingkan kulit hitam.
f.
Trauma. kepala Cedera kranio serebral bisa
menyebabkan penyakit parkinson, meski peranannya masih belum jelas benar.
g.
Stress dan Depresi. Beberapa penelitian
menunjukkan depresi dapat mendahului gejala motorik. Depresi dan stres
dihubungkan dengan penyakit parkinson karena pada stres dan depresi terjadi
peningkatan turnover katekolamin yang memacu stres oksidatif.
PENGOBATAN PENYAKIT PARKINSON
A.
Bekerja pada
sistem dopaminergic
1.
Obat pengganti dopamine (Levodopa, Carbidopa)
Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit parkinson. Di dalam
otak levodopa dirubah menjadi dopamine. L-dopa akan diubah menjadi dopamine
pada neuron dopaminergic oleh L-aromatik asam amino dekarboksilase (dopadekarboksilase).
Walaupun demikian, hanya 1-5% dari L-Dopa memasuki neuron dopaminergik, sisanya
dimetabolisme di sembarang tempat, mengakibatkan efek samping yang luas. Karena
mekanisme feedback, akan terjadi inhibisi pembentukan L-Dopa endogen. Carbidopa
dan benserazide adalah dopa dekarboksilase inhibitor, membantu mencegah
metabolisme L-Dopa sebelum mencapai neuron dopaminergik. Levodopa mengurangi
tremor, kekakuan otot dan memperbaiki gerakan. Penderita penyakit parkinson
ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya secara normal. Obat ini diberikan
bersama carbidopa untuk meningkatkan efektivitasnya & mengurangi efek
sampingnya. Banyak dokter menunda pengobatan simtomatis dengan levodopa sampai
memang dibutuhkan. Bila gejala pasien
masih ringan dan tidak mengganggu, sebaiknya terapi dengan levodopa jangan
dilakukan. Hal ini mengingat bahwa efektifitas levodopa berkaitan dengan lama
waktu pemakaiannya. Levodopa melintasi sawardarah-otak dan memasuki susunan
saraf pusat dan mengalami perubahan enzimatik menjadi dopamin. Dopamin
menghambat aktifitas neuron di ganglia basal.
Efek samping levodopa pada pemakaian bertahun-tahun adalah diskinesia
yaitu gerakan motorik tidak terkontrol pada anggota gerak maupun tubuh. Respon
penderita yang mengkonsumsi levodopa juga semakin lama semakin berkurang. Untuk
menghilangkan efek samping levodopa, jadwal pemberian diatur dan ditingkatkan
dosisnya, juga dengan memberikan tambahan obat-obat yang memiliki mekanisme
kerja berbeda seperti dopamin agonis, COMT inhibitor atau MAO-B inhibitor.
2.
Agonis dopamine
Agonis dopamin seperti Bromokriptin (Parlodel), Pergolid (Permax),
Pramipexol (Mirapex), Ropinirol, Kabergolin, Apomorfin dan lisurid dianggap
cukup efektif untuk mengobati gejala Parkinson. Obat ini bekerja dengan
merangsang reseptor dopamin, akan tetapi obat ini juga menyebabkan penurunan
reseptor dopamin secara progresif yang selanjutnya akan menimbulkan peningkatan gejala Parkinson. Obat ini dapat
berguna untuk mengobati pasien yang pernah mengalami serangan yang berfluktuasi
dan diskinesia sebagai akibat dari levodopa dosis tinggi. Apomorfin dapat
diinjeksikan subkutan. Dosis rendah yang diberikan setiap hari dapat mengurangi
fluktuasi gejala motorik. Efek samping obat ini adalah halusinasi, psikosis,
eritromelalgia, edema kaki, mual dan muntah.
3.
Penghambat Monoamine Oxidase (MAO Inhibitor)
Selegiline (Eldepryl), Rasagaline (Azilect). Inhibitor MAO diduga berguna
pada penyakit Parkinson karena neurotransmisi dopamine dapat ditingkatkan
dengan mencegah perusakannya. Selegiline
dapat pula memperlambat memburuknya sindrom Parkinson, dengan demikian terapi
levodopa dapat ditangguhkan selama beberapa waktu. Berguna untuk mengendalikan
gejala dari penyakit Parkinson yaitu untuk mengaluskan pergerakan. Selegilin
dan rasagilin mengurangi gejala dengan dengan menginhibisi monoamine oksidase B (MAO-B), sehingga menghambat
perusakan dopamine yang dikeluarkan oleh
neuron dopaminergik. Metabolitnya mengandung Lamphetamin and L-methamphetamin.
Biasa dipakai sebagai kombinasi dengan gabungan levodopa-carbidopa. Selain itu
obat ini juga berfungsi sebagai antidepresan ringan. Efek sampingnya adalah
insomnia, penurunan tekanan darah dan aritmia.
B.
Bekerja pada sistem kolinergik
1.
Antikolinergik
Obat ini menghambat sistem kolinergik di ganglia basal dan menghambat
aksi neurotransmitter otak yang disebut asetilkolin. Obat ini mampu membantu
mengoreksi keseimbangan antara dopamine dan asetilkolin, sehingga dapat
mengurangi gejala tremor. Ada dua preparat antikolinergik yang banyak digunakan
untuk penyakit parkinson , yaitu thrihexyphenidyl (artane) dan benztropin
(congentin). Preparat lainnya yang juga termasuk golongan ini adalah biperidon
(akineton), orphenadrine (disipal) dan procyclidine (kamadrin). Efek samping obat ini adalah mulut kering dan
pandangan kabur. Sebaiknya obat jenis ini tidak diberikan pada penderita
penyakit Parkinson usia diatas 70 tahun, karena dapat menyebabkan penurunan
daya ingat.
C.
Bekerja pada Glutamatergik
1.
Amantadin
Berperan sebagai pengganti dopamine, tetapi bekerja di bagian lain otak.
Obat ini dulu ditemukan sebagai obat
antivirus, selanjutnya diketahui dapat menghilangkan gejala penyakit Parkinson
yaitu menurunkan gejala tremor, bradikinesia, dan fatigue pada awal penyakit
Parkinson dan dapat menghilangkan fluktuasi motorik (fenomena on-off) dan
diskinesia pada penderita Parkinson lanjut. Dapat dipakai sendirian atau
sebagai kombinasi dengan levodopa atau agonis dopamine. Efek sampingnya dapat
mengakibatkan mengantuk.
D.
Bekerja sebagai pelindung neuron
1.
Neuroproteksi
Berbagai macam obat dapat melindungi neuron terhadap ancaman degenerasi
akibat nekrosis atau apoptosis. Termasuk
dalam kelompok ini adalah :
a.
Neurotropik faktor, yaitu dapat bertindak
sebagai pelindung neuron terhadap kerusakan dan meningkatkan pertumbuhan dan
fungsi neuron. Termasuk dalam kelompok ini adalah BDNF (brain derived
neurotrophic factor), NT 4/5 (Neurotrophin 4/5) , GDNT (glia cell line-derived
neurotrophic factorm artemin), dan sebagainya . Semua belum dipasarkan.
b.
Anti-exitoxin, yang melindungi neuron dari
kerusakan akibat paparan bahan
neurotoksis (MPTP , Glutamate) . Termasuk disini antagonis reseptor
NMDA, MK 801, CPP remacemide dan obat antikonvulsan riluzole.
c.
Anti oksidan, yang melindungi neuron terhadap
proses oxidative stress akibat serangan radikal bebas. Deprenyl (selegiline),
7-nitroindazole, nitroarginine methylester, methylthiocitrulline, 101033E dan
104067F, termasuk didalamnya. Bahan ini bekerja menghambat kerja enzim yang
memproduksi radikal bebas. Dalam penelitian ditunjukkan vitamin E (tocopherol)
tidak menunjukkan efek anti oksidan.
d.
Bioenergetic suplements, yang bekerja
memperbaiki proses metabolisme energi di
mitokondria . Coenzym Q10 ( Co Q10 ), nikotinamide termasuk dalam
golongan ini dan menunjukkan efektifitasnya sebagai neuroprotektant pada hewan
model dari penyakit parkinson.
e.
Rotigotine, rotigotine transdermal yang
disampaikan adalah tambahan yang secara klinis inovatif dan berguna untuk kelas
agonis dopamin reseptor. Rotigotine transdermal patch mewakili pilihan efektif
dan aman untuk pengobatan pasien dengan awal untuk maju penyakit Parkinson.
Kemungkinan non-invasif dan mudah digunakan formulasi yang memberikan stimulasi
terus-menerus dopaminergik mungkin langkah menuju meminimalkan komplikasi yang
timbul dari stimulasi pulsatil dopaminergik. Karena pasien penyakit Parkinson
biasanya harus mengambil banyak dosis obat setiap hari, patch ini diharapkan
akan membantu banyak penderita.
f.
Bahan lain yang masih belum jelas cara kerjanya
diduga bermanfaat untuk penyakit parkinson, yaitu nikotin. Pada dasawarsa
terakhir, banyak peneliti menaruh perhatian dan harapan terhadap nikotin
berkaitan dengan potensinya sebagai neuroprotektan. Pada umumnya bahan yang
berinteraksi dengan R nikotinik memiliki potensi sebagai neuroprotektif
terhadap neurotoksis , misalnya glutamat lewat R NMDA , asam kainat,
deksametason dan MPTP . Bahan nikotinik juga mencegah degenerasi akibat lesi
dan iskemia.8 Terapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel
yang diinduksi progresifitas penyakit. Yang sedang dikembangkan sebagai agen
neuroprotektif adalah apoptotic drugs (CEP 1347 and CTCT346), lazaroids,
bioenergetics, antiglutamatergic agents, dan dopamine receptors. Adapun yang sering
digunakan di klinik adalah monoamine oxidase inhibitors (selegiline and
rasagiline), dopamin agonis, dan complek I mitochondrial fortifier coenzyme Q10
Sumber : med.unhas.ac.id/kedokteran
Apakah Biospray untuk Parkinson termasuk kedalam obat herbal ? saya mencari dan menemukan website anda.
BalasHapus