Disusun Oleh :
Isyfi Aulia A (P07120116019)
Mita Tri M (P07120116020)
Putri Aisyah (P07120116021)
Enema
merupakan prosedur memasukkan cairan ke dalam kolon melalui anus yang bertujuan
untuk mengurangi konstirpasi yang hebat. Proses ini membantu pengeluaran
pembuangan dari rectum saat kita tidak
bisa melakukannya secara alami. Fungsi lain dari enema adalah untuk
membersihkan usus besar dan mendeteksi adanya kanker usus serta polip.
Tindakan
enema paling sering digunakan untuk membersihkan usus besar,ketika olahraga dan
diet tidak mampu membersihkannya. Biasanya dokter akan memberikan solusi obat
pencahar sebelum mencoba tindakan enema. Biasanya obat pencahar diberikan pada
malam hari atau sebelum melakukan enema untuk mendorong cairan agar mudah
keluar.
Enema juga dapat digunakan sebelum pemeriksaan kesehatan usus besar. Dokter menyarankan melakukan enema sebelum X-ray dari usus besar untuk mendeteksi polip sehingga mereka bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas. Prosedur ini juga dapat dilakukan sebelum kolonoskopi. Sembelit, kelelahan, sakit kepala, dan sakit punggung bisa dikurangi dengan enema. Selama enema pembersihan, diperlukan air dengan konsentrasi kecil sebagai pelunak feses, baking soda, atau cuka sari apel yang digunakan untuk merangsang pergerakan usus besar. pembersihan enema harus merangsang isi perut.
Pedoman enema :
1. Gunakan rectal tube dengan ukuran yang tepat, untuk
orang dewasa biasanya no.22-30; anak-anak menggunakan
tube yang kecil seperti no.12 untuk bayi; no.14-18 untuk
anak todler atau anak usia sekolah.
2. Rectal tube harus licin
dan fleksibel, dengan 1 atau 2 pembuka pada ujung dimana larutan mengalir.
Biasanya terbuat dari karet atau plastik. Beberapa tube yang ujungnya tajam dan
kasar seharusnya tidak digunakan, karena kemungkinan rusaknya membran mukosa
pada rektum. Rectal tube dilumasi dengan jelly/pelumas untuk memudahkan
pemasukannya dan mengurangi iritasi pada mukosa rektum.
3. Enema untuk orang dewasa biasanya diberikan pada suhu 40,5-43 0C, untuk anak-anak 37,7 0C. Beberapa retensi enema diberikan pada suhu 33 0C. Suhu yang tinggi bisa berbahaya untuk mukosa usus; suhu yang dingin tidak nyaman untuk klien dan dapat menyebabkan spasme pada otot spinkter.
4. Jumlah larutan yang diberikan tergantung pada jenis enema, usia dan ukuran tubuh klien dan jumlah cairan yang bisa disimpan
3. Enema untuk orang dewasa biasanya diberikan pada suhu 40,5-43 0C, untuk anak-anak 37,7 0C. Beberapa retensi enema diberikan pada suhu 33 0C. Suhu yang tinggi bisa berbahaya untuk mukosa usus; suhu yang dingin tidak nyaman untuk klien dan dapat menyebabkan spasme pada otot spinkter.
4. Jumlah larutan yang diberikan tergantung pada jenis enema, usia dan ukuran tubuh klien dan jumlah cairan yang bisa disimpan
5.
Ketika enema diberikan, klien biasanya mengambil posisi lateral kiri, sehingga
kolon sigmoid berada di bawah rektum sehingga memudahkan pemasukan cairan.
Selama high enema, klien mengubah posisinya dari lateral kiri ke dorsal
recumbent, kemudian lateral kanan. Pada posisi ini seluruh kolon dijangkau oleh
air.
6.
Insesrsi tube tergantung pada usia dan ukuran klien. Pada orang dewasa,
biasanya dimasukkan 7,5 sampai 10cm, pada anak-anak 5-7,5cm dan pada bayi hanya
2,5-3,75 cm. Jika obstruksi dianjurkan ketika tube dimasukkan, tube harus
ditarik dan obstruksi terjadi.
7. Kekuatan aliran larutan ditentukan
oleh:
a. tingginya wadah larutan
b. ukuran tube
c. kekentalan cairan
d. tekanan rektum
Enema pada sebagian orang dewasa, wadah larutan tidak
boleh lebih tinggi dari 30cm di atas rektum. Selama high enema, wadah larutan
biasanya 30-45cm di atas rektum, karena cairan dimasukkan lebih jauh untuk
membersihkan seluruh usus. Untuk bayi, wadah larutan tidak boleh lebih dari 7,5
cm di atas rektum.
8. Waktu yang diperlukan untuk memasukkan enema sebagian
besar tergantung pada jumlah cairan yang dimasukkan dan toleransi klien. Volume
yang banyak seperti 1000ml, mungkin membutuhkan waktu 10-15 menit. Untuk
membantu klien menahan larutan, perawat dapat menekan pantatnya, agar terjadi
tekanan di luar area anal.
9. Ketika larutan enema berada di dalam tubuh, klien
mungkin merasa gembung, dan rasa tidak nyaman pada abdomen.
10. Ketika klien BAB, perawat bisa membantunya ke kamar
kecil, tergantung pada pilihan klien dan kondisi fisik.
11. Pada pemberian enema yang dilakukan sendiri, orang
dewasa dapat diatur posisi litotomi.
12. Ketika pemberian enema pada bayi, kaki bayi bisa
ditahan dengan popok.
Prosedur melakukan enema :
1.
Pintu ditutup/pasang sampiran
2.
Mencuci tangan
3.
Perawat berdiri di sebelah
kanan klien dan pasang sarung tangan
4.
Pasang perlak dan pengalas
5.
Pasang selimut mandi sambil
pakaian bagian bawah klien ditanggalkan
6.
Atur posisi klien sim kiri
7.
Sambung selang karet dan klem
(tertutup) dengan irrigator
8.
Isi irigator dengan cairan
yang sudah disediakan
9.
Gantung irigator dengan
ketinggian 40-50 cm dari bokong klien
10. Keluarkan udara dari selang dengan mengalirkan
cairan ke dalam bengkok
11. Pasang kanule rekti dan olesi dengan jelly
12. Masukkan kanule ke anus, klem dibuka, masukkan
cairan secara perlahan
13. Jika cairan habis, klem selang dan cabut kanul
dan masukkan kedalam bengkok
14. Atur kembali posisi klien dan minta klien
menahan sebentar
15. Bantu klien ke WC jika mampu, jika tidak tetap
dalam posisi miring lalu pasang pispot dipantat klien.
16. Klien dirapihkan
17. Alat dirapikan kembali
18. Mencuci tangan
19. Catat hasil dari
tindalan yang dilakukan
Pemberian nutrisi eternal melalui NGT
Naso gastrik tube NGT
adalah alat yang digunakan untuk memasukkan nutrisi cair dengan selang plastic
yang dipasang lewat hidung sampai lambung. Sering digunakan untuk memberikan
nutrisi dan obat-obatan kepada seseorang yang tidak mampu untuk mengonsumsi
makanan, obat-obatan, cairan lewat oral. Dapat digunakan juga untuk
mengeluarkan isi lambung.
Ukuran NGT dibagi menjadi 3, yaitu:
Ukuran NGT dibagi menjadi 3, yaitu:
1.
Dewasa ukurannya no 14-20
2.
Anak-anak ukurannya no 8-16
3.
Bayi ukurannya no 5-7
Indikasi pemasangan NGT
1.
Pasien tidak sadar( koma)
2.
Pasien karena kesulitan menelan
3.
Pasien yang keracunan
4.
Pasien yang muntah darah
5.
Pasien pra atau post operasi esophagus
atau mulut
6. Pasien dengan masalah saluran pencernaan
atas, contohnya stenosis esophagus, tumor mulut atau faring atau esophagus
7.
Bayi premature atau bayi yang tidak
dapat menghisap
Tujuan pemasangan NGT
1.
Megeluarkan isi perut dengan cara
menghisap apa yang ada dalam lambung.
2.
Memberikan nutrisi pada pasien yang
tidak sadar dan pasien yang mengalami kesulitan menelan.
3.
Mencegah terjadinya atropi esophagus/
lambung pada pasien tidak sadar.
4. Untuk mengeluarkan darah pada pasien
yang mengalami muntah darah atau pendarahan pada lambung.
5.
Untuk membantu memudahkan diagnose
klinik melalui analisa isi lambung.
6.
Persiapan operasi dan general anesthesia
7.
Menghisap dan mengalirkan untuk pasien
yang sedang melaksanakan operasi pneumonectomy untuk mencegah muntah dan
kemungkinan aspirasi isi lambung sewakuu pemulihan dari general anesthesia.
Langkah-langkah memasang NGT :
Langkah-langkah memasang NGT :
- Mencuci tangan dan atur peralatan
- Jelaskan prosedur pada pasien
- Bantu pasien untuk posisi Flower
- Berdirilah disisi kanan tempat tidur pasien bila berdominan tangan kanan atau sisi kiri bila berdominan tangan kiri
- Periksa dan perbaiki kepatenan nasal. Minta pasien untuk bernafas melalui satu lubang hidung saat lubang hidung yang lain tersumbat. Bersihkan mucus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas. Periksa apakah ada infeksi atau lainnya.
- Tempatkan handuk mandi diatas dada pasien
- Tentukan panjang selang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester. Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telingan, dengan menempatkan ujung melingkar selang pada daun telinga. Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke tonjolan sternum, tandai lokasi di tonjolan sternum dengan plester kecil.
- Minta pasien menengadahkan kepala, masukkan selang kedalam lubang hidung, minta pasien menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut.
- Pada saat memasukkan selang lebih dalam ke hidung, minta pasien menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut.
- Ketika selang terlihat dan pasien bisa merasakan selang dalam faring, instruksikan pasien untuk menekuk kepala kedepan dan menelan.
- Masukkan slang lebih dalam ke esophagus dengan memberikan tekanan lembut tanpa memaksa saat pasien menelan (jika pasien batuk atau slang menggulung ditenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut dorong pasien untuk bernafas dalam.
- Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung, hentikan insersi selang dan periksa penempatannya, minta pasien membuka mulut untuk melihat selang. Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik udara kedalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang dan dorong udara sambil mendengarkan lambung dengan stetoskop jika terdengar gemuruh fiksasi selang.
- Untuk mengamankan selang, gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inci, sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inci plester pada lubang hidung, lilitkan salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi pllester lilitan mengitari selang.
- Plesterkan selang secara melengkung ke satu sisi wajah pasien. Pita karet dapat digunakan untuk memfiksasi slang.
Bentuk Oral
Pemberian obat oral dilakukan melalui mulut. Dalam
pemberian obat oral,ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat,yaitu
adanya alergi terhadap obat yang akan diberikan,kemampuan klien untuk menelan
obat,adanya muntah atau diare yang dapat mengganggu absorpsi obat,efek samping
obat,interaksi obat dan kebutuhan pembelajaran mengenai obat yang diberikan.
Bentuk oral ini adalah tablet,kapsul dan lozenges (obat isap).
a. Tablet
Bentuk,ukuran dan berat tablet itu bervariasi.
Tablet itu dapat mengandung obat murni,atau diencerkan dengan subtansi inert
agar mencapai berat sesuai,atau mengandung dua atau lebih obat dalam kombinasi.
Tablet ini dapat berupa tablet padat biasa,tablet sublingual (di larutkan di
bawah lidah),tablet bukal (dilarutkan antara pipi dan gusi),tablet
bersalut-gula (menutupi bau atau rasa tidak enak),tablet bersalut enteric
(untuk mencegahnya larut dalam lambung dan sampai di usus halus baru
pecah),atau tablet lepas berkala (untuk melepaskan obat selang waktu panjang).
b. Kapsul
Kapsul mengandung obat berupa bubuk,butiran bersalut
dengan ketebalan berbeda agar larut dengan kecepatan berbeda,yaitu kapsul
keras,atau cairan dalam kapsul lunak.
Obat padat ini akan larut secara berangsur dalam
mulut. Mereka berguna bila diperlukan kerja setempat di mulut atau tenggorokan.
sitianisamuzdalipah.blogspot.co.id/2014/06/konsep-dasar-pemberian-obat.html?m=1
Ada beberapa bentuk obat cair, baca label untuk
menentukan. Meniskus adalah garis dosis yang diinginkan, banyak cairan
memerlukan pendinginan setelah dilarutkan
Macam-macam obat cair yang diberikan melalui oral :
a. Guttae (Obat tetes)
Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi,
atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan
cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan
tetesan yang dihasilkan penetes beku yang disebutkan Farmacope Indonesia.
b. Suspensi
Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat
tidak larut terdispersi dalam fase cair, memiliki ciri cairannya kental.
c. Larutan
Merupakan sediaan cair yang jernih tanpa
penggumpalan dan encer.
nissa-uchil.blogspot.co.id/2014/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1
Bentuk Sediaan Obat yang Digunakan dalam Rute Rektal
Penggunaan rute rektal untuk obat adalah untuk
tujuan memperoleh efek lokal dan efek sistemik. Bentuk sediaan obat yang
digunakan adalah larutan, supositoria dan salep. Penggunaan salep pada rektum
dimaksudkan untuk efek lokal, sedang yang berupa larutan pembersih atau sebagai
cairan urus-urus.
Penggunaan supositoria dapat digunakan untuk efek
lokal atau sistemik. Bila supositoria dimasukkan dalam rektum maka akan melunak
atau larut dalam cairan di rektum. Rektum dan kolon mampu menyerap banyak obat
yang diberikan secara rektal untuk tujuan memperoleh efek sistemik, hal ini
dapat menghindari pengerusakan obat atau obat menjadi tidak aktif karena
pengaruh lingkungan perut dan usus. Juga pemberian obat per rektal dilakukan
bila pasien muntah atau sulit untuk menelan obat. Obat yang diabsorpsi melalui
rektal beredar dalam darah tidak melalui hati dulu hingga tidak mengalami
detoksidasi atau biotransformal yang mengakibatkan obat terhindar dari tidak
aktif. Kerugian pemberian obat melalui rektum adalah tidak menyenangkan dan
absorpsi obatnya tidak teratur dan sukar diramalkan.
Penggunaan obat melalui rute oral
Sebagian
dari obat jarang yang larut dalam mulut. Kebanyakan obat biasanya hanya ditelan
dengan bantuan air, atau pisang untuk membantu jalan obat kedalam tubuh kita.
Tujuannya terutama untuk memperoleh efek sistematik, yaitu obat yang masuk ke
dalam pembuluh darah dan beredar ke suluruh tubuh setelah teradi absopsi obat
dari bermacam-macam permukaan sepanjang saluran gastro intestinal. Tetapi ada
obat yang metodenya dengan cara dielan atau diminum yang memberi efek lokal
dalam usus atau lambung karena obat tidak dapat di absorpsi atau larut dalam
rute ini, contohnya obat cacing dana berefek dalam usus, obat antasida untuk
menetralkan kelebihan asam dalam lambung. Dibandingkan ari rute lain penggunaan
obat melalui oral paling aman, murah, dan menyenangkan. Namun obat melalui rute
oral juga memiliki kerugian yaitu memberi respon lambat dibandingkan per
injeksi dan kemungkinan terjadi absorpsi obat yang tidak teratu.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi:
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi:
- Jumlah dan jenis makanan yang ada dalam lambung.
- Kemungkinan obat dirusak oleh reaksi asam dalam perut atau enzim dari gastro intestinal, contohnya insulin harus diberikan per injeksi karena jika per oral akan dirusak oleh enzim proteolitik dari dalam saluran gastro intestinal.
- Pasien muntah-muntah atau koma.
- Dikehendaki kerja awal yang cepat. Hal tersebut tidak kemungkinan penggunaan obat melalui rute oral.
Kecepatan
absorpsi obat melalui oral tergantung pada ketersidaan obat terhadap cairan
biologik yang disebut ketersediaan hayati. Ketersediaan hayati adalah
presentase obat yang diabsorpsi tubuh dari suatu dosis yang diberikan dan
tersedia untuk memberi efek terapetiknya.Urutan dari besarnya ketersediaan
hayati yang berbentuk obat ialah :
Larutan – suspensi oral
– emulsi – kapsul – tablet – tablet bersalut.
Bentuk
sediaan obat yang memberi aksi yang cepat tidak selalu menguntungkan, sebab
makin cepat obat diabsorpsi akan cepat pula mengalami metabolisme dan ekskresi.
Sedang bentuk sediaan obat yang lambat diabsorpsi akan, memberi aktivitas obat
yang lebih lama, maka itu pemilihan bentuk sediaan obat perlu pertimbangan
banyak faktor.
Bentuk sediaan obat yang digunakan dalam rute oral
Bentuk sediaan obat
banyak dipakai adalah tablet. Unutk membuat tablet diperlukan zat-zat tambahan
yang mempunyai kegunaan masing-masing, sebagai berikut :
a 1. Zat pengisi,
diperlukan untuk obat yang dosisnya kecil. Dengan penambahan zat pengisi bentuk
obat dapat di perbesar.
b 2.
Zat pengikat,
agar pada waktu dikempa dapat merupakan massa yang kompak.
c 3.
Zat penghancur,
agar tablet mudah pecah di lambung menjadi granul kecil dan memudahkan zat
aktifnya larut dalam cairan lambung dan memudahkan untuk diabsorpsi badan.
Tablet ada
bermacam-macam, yaitu :
a.
Tablet kempa
yaitu tablet yang ditelan.
b.
Tablet kunyah
untuk mendapatkan partikel yang halus dan memudahkan penyerapan atau
menetralkan kelebihan asam.
c. Tablet efervesen
yaitu tablet dilarutkan dulu dalam air maka tablet akan larut dan mengeluarkan
gas CO2. Maka memudahkan pasien dalam meminum obat.
d.
Tablet salut,
dengan beberapa macam, yaitu :
-
Tablet salut
gula
-
Tablet salur
tekan
-
Tablet salut
film
-
Tablet salut
enterik
Penyalutan
dimaksudkan untuk menghilangkan rasa tak enak dari obat dan tablet terlihat
lebih baik. Sedangkan penyalutan enterik untuk menghindari terjadinya iritasi
pada lambung atau pengrusak obat oleh isi lambung dan bertujuan agar obat
bekerja pada usus. Kapsul
dibuat dari gelatin atau kalsium alginat yang merupakan cangkang berisi obat.
ada dua jenis kapsul yaitu kapsul keras dan lunak dalam bermacam-macam ukuran
dan warna. Ukuran kapsul yang digunakan tergantung dari jumlah obat yang akan
diisikan dalam kapsul. Kapsul kan pecah dalam saluran pencernaan karena adanya
cairan lambung kemudian terlepas dan akan lebih cepat daripada tablet. Bentuk
sediaan obat oral dapat juga dibuat agar mempunyai efek pengobatan yang lama.
Bila obat itu sedikit larut maka efek pengobatan secara dosis tunggal dapat
diperpanjang dan bentuk sediaan obat itu sendiri dapat dimodifikasikan agar
efeknya dapat diperpanjang.
Tiga tipe bentuk sediaan obat oral yang berefek lama
dan perbedaan dalam pelepasan zat aktif dan absorpsinya :
a.
Sustained release
ialah kadar terapi obat diperoleh dengan kecepatan yang sama seperti pada dosis
tunggal dan selanjutnya dijaga kadar obat dalam darah supaya tetap untuk
periode yang sama.
b.
Repeat action
ialah memberikan pengobatan seperti pada dosis tunggal pada waktu digunakan dan
dosis tunggal yang lain pada waktu selanjutnya.
c.
Prolonged action ialah
kadar terapi obat dapat diperoleh lebih rendah dibanding yang diperoleh dengan
bentuk sediaan dosis tunggal biasa, selanjutnya tambahan kadar obat diatur dengan
ketersediaan obat untuk absorpsi, bila obat di dalam tubuh mengalami
metabolisme atau diekskresi. Kadar obat dalam darah awal yang tinggi tidak
boleh dipelihara seperti pada tipe sustained
release.
Untuk
membuat obat yang tipe kerja panjang dikerjakan dengan mencampur obat dalam
bentuk pil kecil-kecil atau manik yang disalut dengan macam ketebalan salut
atau tanpa salut yang mempunyai resistensi relatif terhadap cairan
gastrointestinal. Nama-nama bentuk sediaan dengan kerja yang panjang dalam perdagangan
dikenal, sebagai berikut :
1.
Repetab,
misalnya Polaramin Repetab (anthihistamin).
2.
Timespan,
misalnya Ronicol Timespan (vasodilator).
3.
Retard, misalnya
Bellegal Retard (analgetik).
4.
Spansul,
misalnya untuk kapsul.
Bentuk
sediaan obat yang paling banyak dipakai per oral ialah larutan, eliksir, sirup,
dan suspensi oral. Bentuk obat dalam bentuk sirup biasanya lebih cepat diserap
daripada dalam bentuk suspensi karena tidak memerlukan proses disolusi.
Suspensi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari zat aktif dalam cairan
pembawa yang cocok, biasanya oral cairan pembawanya adalah air. Sebelum
digunakan sediaan obat berupa suspensi harus dikocok dulu. Keuntungan dari
penggunaan bentuk suspensi, sebagai berikut :
a.
Memudahkan bagi
pasien yang tidak dapat menelan tablet atau kapsul.
b.
Dosis obat yang
banyak kurang menyenangkan dalam bentuk tablet atau kapsul.
c.
Partikel dalam
kedaan halus hingga mempercepat proses disolusi. Tetapi tidak semua sediaan
suspensi diharapkan dapat larut dalam cairan tubuh dan diabsorpsi, tetapi ada
yang dikehendaki tetap tersuspensi seperti Kaolin, Pectin, Veegun dan antisida
lain. Sediaan ini diharapkan telah tinggal di usus atau lambung untuk menyerap
kelebihan cairan asam di lambung dan di usus. Sulfa yang digunakan untuk anti
diare misalnya dikehendaki tetap terdispersi dan tidak diabsorpsi agar dapat
bekerja di usus untuk membunuh bakteri.
Pemberian Nutrisi Enternal Melalui Keahlian
Gastronomi atau Tabung Jejunostomi
Nutrisi
enternal adalah nutrisi yang diberikan kepada pasien yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan nutrisinya melalui rute oral. Formula nutrisi diberikan kepada pasien
melalui tube kedalam lambung (gastric tube), nasogastric tube (NGT), atau
jejunum. Dapat dilakukan secara menual maupun dalam bantuan pompa mesin. Rute
pemberian nutrisi secara enteral diantaranya melalui nasogastric, transpilorik,
perkutaneus.
Pemberian
nutrisi secara enternal bertujuan untuk memberikan asupan nutrisi yang adekuat
pada pasien yang belum mampu menelan atau absorpsi fungsi nutrisinya terganggu.
Pemeberian nutrisi secara enternal juga berperan untuk menunjang pasien sebagai
respon selama mengalami keradangan, trauma, infeksi, kritis dalam jangka waktu
lama. Pemberian nutrisi enternal terkadang mengalami hambatan, ialah sebagai
berikut :
- Sinusitis
- Esophagitis
- Aspirasi dari isi lambung
- Gagalnya pengosongan lambung
- Salah meletakan pipa
Prinsip
dari pemberian formula enternal dimulai dari dosis darah rendah dan kemudian
ditingkatkan secara bertahap supaya dapat mencapai dosis yang maximum dalam
waktu seminggu. Sebaiknya makanan ekternal harus dihabiskan dalam waktu 4 jam
jika melebihi dari batas waktu tersebut sangat berbahaya karena adanya
kontaminasi dari bakteri.
Makanan
enternal sebaiknya mempunyai komposisi seimbang. Kalori non protein dari sumber
karbohidrat berkisar 60 – 70% merupakan polisakarida, monosakarida, maupun
disakarida sedangkan lemak hanya 30 – 40%. Glukosa polimer merupakan
karbohidrat yang lebih mudah diabsorpsi.
Protein diberikan dalam bentuk polimerik (memerlukan enzim pankreas)
atau peptide. Juga perlu ditambahkan serat guna untuk mengurangi resiko diare,
konstipasi, keterlambatan transit pada saluran cerna dan sebagai kontrol
glikemik yang baik. Serta juga dapat menfermentasikan SCFA di usus besar yang
menyediakan energi untuk sel epitel agar dinding usus kuat.
Jenis makanan atau
nutrisi enternal, diantaranya:
a 1.
Formula rumah
sakit (blenderized) : makanan ini dilembutkan dengan cara diblender yang
terdiri beberapa bahan makanan. Konsistensi larutan, kandungan zat gizi, dan
osmolaritas dapat berubah setiap kali pembuatan dan mempu terkontaminasi.
Formula ini dapat diberikan melalui pipa sonde.
b 2.
Formula
komersial : formula ini berupa bubuk yang dicairkan dengan air yang dapat
segera diberikan kepada pasien. Nilai gizi sesuai kebutuhan , konsistensi, dan
osmolaritasnya tetap serta tidak mudah terkontaminasi. Contohnya pemberian
polimerik yang mengandung protein utuh untuk pasien dengan fungsi saluran
gastrointestinal normal tau hampir normal dan diet enternal tinggi serat
(indovita).
Pemberian
dukungan nutrisi enternal dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1 1. Bolus feeding
Dapat dilakukan
dengan menggunakan NGT/OGT, dan diberikansetiap 3-4 jam sebanyak 250-350 ml.
Dengan formula isotonik dapat dimulai dengan jumlah keseluruhan sesuai yang
dibutuhkan sejak hari pertama, sedangkan formula hipertonik dimulai setengah
dari jumlah yang dibutuhkan dari hari pertama. Pemberian secara bolus feeding
harus diberikan dengan tenang, kurang lebih 15 menit, disertai pemberian air
sebanyak 25 – 60 ml supaya mengurangi resiko dehidrasi hipertonik dan
membilasnya yang masih di feeding tube.
2 2. Continuous drip
feeding
Pemberian
enternal dilakukan menggunakan infuse pump dengan kecepatan 20-40 ml/jam dalam
8-12 jam. Pertama ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan toleransi anak.
Volume formula ditingkatkan 25 ml/jam setiap 8-12 jam, dengan pemberian
maksimal 50-100 ml/jam selama 18-24 jam. Formula enteral dengan osmolaritas
isotonik (300mOsm/kg air) dapat diberikan sesuai jumlah yang dibutuhkan. Untuk
pemberian formula hipertonis \9500 m0sm/kg air) harus diberikan setengah dari
jumlah yang dibutuhkan. Pada kasus ini yang tidak ditolerensi dengan baik,
konsentrasi formula yang diberikan dapat turun terlebih dahulu dan selanjutnya
kembali ditingkatkan secara bertahap.
Sistem pemberian nutrisi enternal
dan alatnya :
a
- Selang
nasogastrik
1. Selang
nasogastrik ini biasa terbuat dari
plastik, karet, dan politelin. Ukurannya bermacam-macam sesuai dengan
kebutuhannya. Selang ini mampu bertahan atau dapat dipakai dalam jangka waktu 7
hari.
2.
Selang
nasogastrik yang terbaut dari polivinil yang berukuran 7 french, kecil sekali
dapat mencegah aspirasi pneumonia makanan dan tidak terlalu mengganggu
pernafasan. Selan ini mampu bertahan sampai 2 minggu.
3. Selang
nasogastrik terbuat dari silicon. Selang ini ada berbagai macam ukuran sesuai
dengan kebutuhan pasien dan mampu bertahan selama 6 minggu.
4. Selang
nasogastrik yang terbuat dari poliuretan yang berukuran 7 french dan dapat
dipakai selama 6 bulan.
b - Selang
Nasoduodenal / nasojejunal
Ada berbagai
macam ukuran namun lebih panjang dari pada selang nasogastrik.
c - Selang dan set
untuk gastronomi atau jejunostomi. Alat yang rutin digunakan untuk pasien tidak mampu memenuhi nutrisinya melalui per oral atau terdapat obstruksi seophagus
atau gaster.
Nutrisi Enternal Terhadap Beberapa Penyakit
a - Pada saluran
penyakit cerna
Jika usus
berfungsi dengan baik, lebih baik pemberian nutrisi diberikan secara enteral
daripada parental. Nutrisi ini diberikan apabila makanan masih mampu melalui
per oral dan esophagus. Nutrisi enteral per selang diberikan bila makanan tidak
dapat diberikan melalui mulut dan esophagus atau jejunostomi. Nutrisi enteral
sangat penting untu saluran cerna karena dapat mencegah atrifivil usus serta
menjaga kelangsungan fungsi usu entrosit, dan kolonosit.
b - Pada pasien
kanker
Penggunaan
saluran gastroinstestinal yang utuh bagi pemberian nutrisi merupakan pilihan
pertama dalam pemberian nutrisi pasien kanker. Pasien ini akan mendapatkan
suplamentasi enteral dapat diberikan melalui salah satu dari 3 jalur pemberian
yang umum, yaitu oral nasoenterik atau enterik.
c - Pada pasien
geriatri
Pasien yang
berusia 60 tahun atau lebih lebih sering mengalami malnutrisi. Karena nutrisi
yang merupakan hal yang penting diperhatikan dalam pengobatan pasien tersebut.
Kebutuhan kalori disesuaikan berat badan ideal dengan rumus yang ada.
d - Pada penyakit
ginjal
Pasien yang
mengalami sakit ginjal akut, harus diberikan diet bebas protein atau rendah
protein, mengandung energi kalori atau gula. Pasien yang mengalami penyakit
ginjal kronik tidak terkomplikasi, untuk mencegah uremia, protein yang
diberikan dalam bentuk protein nilai biologi tinggi yaitu 20g per hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar