Disusun oleh :
Nikmah Riska Utami (P07120116022)
Ica Oktavia Cintya Devi (P07120116023)
Akhwatia Nur
Fitriana (P07120116024)
A. Definisi Pemberian Obat Secara
Parenteral/Injeksi
Pemberian obat parenteral/injeksi merupakan pemberian
obat yang dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh atau
pembuluh darah dengan menggunakan spuit.
Pemberian obat parenteral dapat menyebabkan resiko infeksi. Resiko infeksi
dapat terjadi bila bidan tidak memperhatikan dan melakukan teknik aseptik dan
antiseptik pada saat pemberian obat.
Obat diberikan secara parenteral/injeksi jika obat
tersebut tidak dapat diabsorpsi, atau diabsorpsi terlalu lama bila diberikan
dengan cara lain. Ada beberapa cara pemberian obat secara injeksi yaitu secara
intra vena, intra muscular, intra cutan, sub cutan. Peralatan yang dibutuhkan
yaitu
1. Spuit. Spuit
terdiri atas tabung silinder dengan ujung uang didesain cocok dengan jarumnya.
2.
Needle. Jarum tersedia dalam kemasan
tersendiri agar dapat memilih jarum yang tepat untuk klien. Beberapa jarum
telah terpasang pada spuit. Kebanyakan jarum terbuat dari stainless dan
semuanya sekali pakai (disposable).
3.
Obat. Bisa dalam wadah berupa ampul
atau vial.
Adapun
prinsip-prinsip pemberian obat yang benar meliputi 6 hal, yaitu:
1. Benar pasien
adalah memastikan dengan cara memeriksa identitas pasien dan harus dilakukan
setiap akan memberikan obat.
2.
Benar obat adalah memastikan pasien
setuju dengan obat yang telah diberikan berdasarkan kategori perintah pemberian
obat yaitu perintah tetap (standing order), perintah satu kali (single order),
perintah PRN (jika perlu), perintah segera (segera).
3.
Benar dosis adalah dosis yang
diberikan pada pasien tertentu sesuai dengan penyakit dan kebutuhan
penyembuhan.
4.
Benar waktu adalah saat dimana obat
yang diresepkan harus diberikan pada waktu yang telah dianjurkan untuk diminum
oleh pasien.
5.
Benar rute adalah disesuaikan dengan
tingkat penyerapan tubuh pada obat yang telah diresepkan.
6.
Benar dokumentasi adalah meliputi
nama, tanggal, waktu, rute, dosis, dan tanda tangan atau initial petugas.
B. Macam Pemberian Obat
Secara Parenteral/Injeksi
1.
Injeksi
Intracutan/Intraderma(IC/ID)
Merupakan suntikan pada
lapisan dermis atau di bawah epidermis/permukaan kulit dengan mengunakan spuit.
Tempat injeksi ada di Lengan bawah bagian dalam, dada bagian atas, punggung di
bawah spatula.
Peralatan yang
digunakan :
a. Buku catatan pemberian obat atau
kartu obat
b. Kapas alkohol
c. Sarung tangan
d. obat yang sesuai
e. Spuit 1 ml
f. Pulpen/spidol
g. Bak spuit
h. Baki obat
i. Bengkok
Prosedur kerja :
1. Cuci
tangan dan siapkan obat dengan benar
2. Identifikasi
klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
3. Atur
kien pada posisi yang nyaman
4. Pakai
sarung tangan
5. Pilih
area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa gatal
6. Bersihkan
area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan sirkuler dari
arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering. Metode
ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme.
7. Pegang
kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
8. Buka
tutup jarum
9. Tempatkan
ibu jari dengan tangan non dominan sekitar 2,5 cm dibawah area penusukan,
kemudian tarik kulit.
10. Dengan
ujung jarum menghadap keatas dan menggunakan tangan dominan, masukkan jarum
tepat di bawah kulit dengan sudut 150
11. Masukkan
obat perlahan-lahan, perhatikan adanya jendalan (jendalan harus terbentuk)
12. Cabut
jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan
13. Usap
pelan-pelan area penyuntikkan (jangan melakukan massage pada area penusukan).
14. Buat
lingkaran dengan diameter 2,5 cm disekitar jendalan dengan menggunakan pupen.
Intruksikan klien untuk tidak menggosok area tersebut.
15. Observasi
kulit adanya kemerahan atau bengkak jika test alergi, observasi adanya reaksi
sistemik (misalnya sulit bernafas, berkeringat dingin, pingsan, mual, muntah).
16. Kembalikan
posisi klien
17. Buang
peralatan yang sudah tidak diperlukan
18. Cuci
tangan
19. Dokumentasikan
tindakan yang telah dilakukan
20. Kaji
kembali klien dan tempat injeksi setelah 5 menit, 15 menit dan selanjutnya
secara periodik.
2.
Injeksi
Intra Muscular (IM)
Injeksi intramuskular
adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam jaringan otot dengan
menggunakan spuit. Tempat injeksi ada di daerah lengan atas (Deltoid), pada
daerah Dorsogluteal (Glupeusmaximus), pada daerah bagian luar (Vastus
Lateralis), pada daerah bagian depan (Rectus Femoris).
Peralatan yang
digunakan :
a. Buku
catatan atau pemberian obat
b. Kapas
alkohol
c. Sarung
tangan disposibel
d. Obat
yang sesuai
e. Spuit
2-5 ml
f. Needle
g. Bak
spuit
h. Baki
obat
i.
Plester\
j.
Kassa steril
k. Bengkok
Prosedur kerja :
1. Cuci
tangan dan siapkan obat sesuai dengan prinsip 6 benar
2. Identifikasi
klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
3. Atur
klien pada posisi yang nyaman sesui dengan kebutuhan
4. Pilih
area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan atau rasa gatal
5. Pakai
sarung tangan
6. Bersihkan
area penusukan dengan menggunakan kapas dengan menggunakan dengan gerakan
sirkuler dan arah keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering.
Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung
mikroorganisme.
7. Pegang
kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan
8. Buka
tutup jarum
9. Tarik
kulit ke bawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan dengan tangan non
dominan
10. Dengan
cepat masukkan jarum dengan sudut 900 dengan tangan dominan,
masukkan sampai pada jaringan otot
11. Melakukan
aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan tangan dominan
menarik plungger
12. Observasi
adanya darah pada spuit
13. Jika
tidak ada darah masukkan obat perlahan-lahan
14. Jika
ada darah, tarik kembali jarum dari kulit
15. Tekan
tempat penusukan selama 2 menit
16. Observasi
adanya hematoma atau memar
17. Jika
perlu berikan plaster
18. Siapkan
obat yang baru, mulai dengan langkah pertama, pilih area penusukan yang baru
19. Cabut
jarum perlahan-lahan dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, maka tekan
area tersebut dengan menggunakan kassa steril sampai darah berhenti
20. Kembalikan
posisi klien
21. Buang
perlahan yang tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya masing-masing
22. Dokumentasikan
tindakan yang telah dilakukan
3.
Injeksi
Intra Vena(IV)
Injeksi intravena
adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam pembuluh darah vena
dengan menggunakan spuit. Pemberian obat secara intra vena ditujukan untuk
mempercepat reaksi obat, sehingga obat langsung masuk ke sistem sirkulasi
darah. Pemberian obat ini dapat dilakukan langsung pada vena atau pada pasien
yang dipasang infus, obat dapat diberikan melalui botol infus atau melalui
karet pada selang infus tempat penyuntikan yaitu pada vena yang dangkal dan
dekat dengan tulang. Tempat injeksi ada pada lengan (vena basalika dan vena
sefalika), pada tungkai (vena saphenous), pada leher (vena jugularis), pada
kepala (vena frontalis/vena temperalis).
Peralatan yang
digunakan :
a. Buku
catatan pemberian obat atau kartu obat
b. Kapas
alkohol
c. Sarung
tangan
d. Obat
yang sesuai
e. Spuit
2 ml- 5 ml
f. Bak
spuit
g. Baki
obat
h. Plester
i.
Perlak pengalas
j.
Pembendung vena
(torniquet)
k. Kassa
steril (bila perlu)
l.
Bengkok
Prosedur
kerja :
1. Cuci
tangan dan siapkan obat dengan prinsip 6 benar
2. Identifikasi
klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
3. Atur
klien pada posisi yang nyaman
4. Pasang
perlak pengalas
5. Bebaskan
lengan klien dari baju atau kemeja
6. Letakkan
pembendung
7. Pilih
area penusukan yang bebas dari tanda kekauan, peradangan, atau rasa gatal.
Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan
8. Pakai
sarung tangan
9. Bersihkan
area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan sirkuler dari
arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering. Metode
ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme.
10. Pegang
kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan
11. Buka
tutup jarum
12. Tarik
kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukkan dengan tangan non
dominan. Membuat kulit menjadi lebih kencang dan vena tidak bergeser,
memudahkan penusukan
13. Pegang
jarum pada posisi 300 sejajar dengan vena yang akan ditusuk perlahan
dan pasti
14. Rendahkan
posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum kedalam vena
15. Lakukan
aspirasi dengan tangan non dominan menahan baral dari spuit dan tangan dominan
menarik plunger.
16. Observasi
adanya darah pada spuit
17. Jika
ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan-lahan
18. Keluarkan
jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, sambil melakukan
penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan.
19. Tutup
area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberikan betadin
20. Kembalikan
posisi klien
21. Buang
peralatan yang sudah tidak diperlukan
22. Dokumentasikan
tindakan yang telah dilakukan
4.
Injeksi
Sub Cutan(SC)
Injeksi subcutan adalah
pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam jaringan subcutan dibawah
kulit dengan menggunakan spuit. Injeksi sub cutan diberikan dengan menusuk area
dibawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak dibawah dermis. Pada
pemberian injeksi sub cutan jangka lama, perlu direncanakan untuk diberikan
secara rotasi pada area yang berbeda. jenis obat yang lazim diberikan secara
sub cutan adalah yaksin, obat-obatan preoperasi, narkotik, insulin, dan
heparin. Tempat injeksi ada di lengan bagian atas luar, paha depan, daerah
abdomen, area scapula pada punggung bagian atas, daerah ventrogluteal dan
dorsogluteal bagian atas.
Peralatan yang
digunakan :
a. Buku
catatan pemberian obat atau kartu obat
b. Kapas
alkohol
c. Sarung
tangan
d. Obat
yang sesuai
e. Spuit
2ml
f. Bak
spuit
g. Baki
obat
h. Plester
i.
Kassa steril(bila
perlu)
j.
Bengkok
Prosedur
kerja :
1. Cuci
tangan dan siapkan obat sesuai dengan prinsip 6 benar
2. Identifikasi
klien
3. Beritahu
klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
4. Atur
klien pada posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhan
5. Menghindari
gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan
6. Pilih
area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa gatal.
(area penusukan yang utama adalah pada lengan bagian atas dan paha anterior)
7. Pakai
sarung tangan
8. Bersihkan
area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol dengan gerakan sirkular dan
arah keluar dengan diameter sekitar 5cm. Tunggu sampai kering. Metode ini
dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme.
9. Pegang
kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan
10. Buka
tutup jarum
11. Tarik
kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari tangan non dominan
12. Dengan
ujung jarum menghadap keatas dan menggunakan tangan dominan masukkan jarum
dengan sudut 450 atau menggunakan sudut 900 (untuk orang
gemuk). Pada orang gemuk jaringan subcutannya lebih tebal
13. Lepaskan
tarikan tangan non dominan
14. Tarik
plunger dan observasi adanya darah pada spuit.
15. Jika
tidak ada darah masukkan obat perlahan-lahan
16. Jika
ada darah, tarik
kembali jarum dari kulit
17. Tekan
tempat penusukan selama 2 menit
18. Observasi
adanya hematoma atau memar
19. Jika
perlu berikan plester
20. Siapkan
obat yang baru,mulai dengan langkah pertama, pilih area penusukan baru
21. Cabut
jarum perlahan-lahan dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, sambil
melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan
22. Jika
terdapat perdarahan,maka tekan area tersebut dengan menggunakan kassa steril
sampai darah berhenti.
23. Kembalikan
posisi klien
24. Buang
peralatan yang tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya masing-masing
25. Dokumentasikan
tindakan yang telah dilakukan
C. Sistem keamanan persiapan
Beberapa hal yang harus diperhatikan
saat menyiapkan obat:
-
Saat
menyiapkan beberapa obat seperti heparin, insulin, digoxin lakukan pemeriksaan
ulang.
-
Jangan
membuka bungkus obat jika dosis obat belum pasti. Buka sebelum diberikan pada
klien.
-
Ketika
menyiapkan obat topikal, nasal, opthalmic dan obat-obat dan kardus obat, ambil
obat dari kotaknya dan periksa label untuk memastikan isinya sesuai.
-
Saat
mengambil pil dan botol, tuangkan pil tersebut pada tutupnya kemudian letakkan
pada tempat obat.
-
Tuangkan
obat cair tidak pada bagian labelnya. Baca jumlah obat yang dituang pada dasar
meniscus.
-
Pisahkan
obat-obat yang memerlukan data pengkajian awal, seperti tanda vital.
-
Periksa
tanggal kadaluarsa obat saat menyiapkannya.
Obat dalam ampul dan
vial dipersiapkan dengan menggunakan teknik aseptik dan diberikan melalui
parenteral. Sebelumnya perlu diperhatikan dan dikaji kondisi larutan
(kejernihan cairan, adanya/tidaknya endapan, warna cairan sesuai dengan label)
serta tanggal kadaluarsa obat pada label vial. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan saat menyiapkan obat dan vial:
-
Jika
obat perlu dicampurkan, ikuti petunjuk pada vial
-
Pertahankan
kesterilan spuit, jarum dan obat saat menyiapkannya.
-
Perlu
pencahayaan yang baik saat menyiapkan obat ini.
-
Buang
bekas ampul pada tempat khusus setelah dibungkus dengan kertas tissue
D. Bentuk dosis parenteral
Obat yang
disuntikkan ke dalam tubuh dapat berupa larutan cair atau suspensi. Larutan
cair disiapkan dalam tiga bentuk : ampul, vial dan unit disposible. Untuk
memberikan obat melalui parenteral ini diperlukan spuit yang ukurannya
bervariasi dari 0,5 ml nirigga 50 ml. Spuit yang lebih dari 5 ml jarang
digunakan untuk menyuntik SC atau IM. Spuit yang lebih besar biasanya digunakan
untuk menyuntikkan obat melalui IV. Spuit insulin berukuran 0,5 - 1 ml dan
dikalibrasi dalam unit. Spuit tuberkulin berukuran 1 ml dan dikalibrasi dalam
mililiter. Spuit tuberkulin ini digunakan untuk memberikan obat dibawah ml.
Komposisi
Injeksi :
1. Bahan aktif
2. Bahan tambahan
a. Antioksidan
Garam-garam
sulfurdioksida, termasuk bisulfit, metasulfit dan sulfit adalah yang paling
umum digunakan sebagai antioksidan. Selain itu digunakan :
-
Asam askorbat
-
Sistein
-
Monotiogliseril
-
Tokoferol
b. Bahan
antimikroba atau pengawet
· Benzalkonium
klorida
· Benzil
alkohol
· Klorobutanol
· Metakreosol
· Timerosol
· Butil
p-hidroksibenzoat
· Metil
p-hidroksibenzoat
· Propil
p-hidroksibenzoat
· Fenol
c. Buffer
-
Asetat
-
Sitrat
-
Fosfat
d. Bahan
pengkhelat
Garam
etilendiamintetraasetat (EDTA)
e. Gas
inert
· Nitrogen
· Argon
f. Bahan
penambah kelarutan (Kosolven)
-
Etil alkohol
-
Gliserin
-
Polietilen glikol
-
Propilen glikol
-
Lecithin
g. Surfaktan
· Polioksietilen
· Sorbitan
monooleat
h. Bahan
pengisotonis
-
Dekstrosa
-
NaCl
i.
Bahan pelindung
· Dekstrosa
· Laktosa
· Maltosa
· Albumin
serum manusia
j.
Bahan penyerbuk
-
Laktosa
-
Manitol
-
Sorbitol
-
Gliserin
3. Pembawa
a. Pembawa
air
Menggunakan air untuk injeksi. Air yang
digunakan untuk injeksi harus memenuhi syarat kimia dan fisika yaitu :
§ Bebas
mikroba
§ Bebas
pirogen
§ pH
=5,0 - 7,0
§ Jernih
§ Tidak
berwarna
§ Tidak
berbau
§ Bebas
partikel
b. Pembawa
nonair dan campuran
o Minyak
nabati
o Minyak
jagung
o Minyak
biji kapas
o Minyak
kacang
o Minyak
wijen
c. Pelarut
bercampur air
§ Gliserin
§ Etil
alkohol
§ Propilen
glikol
§ Polietilenglikol
300
E.
Persiapan dari Obat Parenteral
Beberapa hal yang harus diperhatikan
saat menyiapkan obat :
1.
Saat menyiapkan beberapa obat
seperti heparin, insulin, digoxin lakukan pemeriksaan ulang.
2. Sebelum
mempersiapkan obat ke tempatnya petugas medis harus memerhatikan kebenaran obat
sebanyak 3x, yakni : ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat
obat di programkan, dan mengembalikan obat ketempat penyimpanan.
3. Penentuan
dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair
harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus : alat untuk
membelah tablet; dan lain-lain. Dengan demikian, perhitungan dosis benar untuk
diberikan ke pasien.
4.
Jangan membuka bungkus obat jika
dosis obat belum pasti. Buka sebelum diberikan pada klien.
5. Ketika menyiapkan obat topikal, nasal, opthalmic dan obat-obat dan
kardus obat, ambil obat dari kotaknya dan periksa label untuk memastikan isinya
sesuai.
6.
Saat mengambil pil dan botol,
tuangkan pil tersebut pada tutupnya kemudian letakkan pada tempat obat.
7.
Tuangkan obat cair tidak pada
bagian labelnya. Baca jumlah obat yang dituang pada dasar meniscus.
8.
Pisahkan obat-obat yang memerlukan
data pengkajian awal, seperti tanda vital.
9. Periksa tanggal kadaluarsa obat saat menyiapkannya.
10. Mengidentifikasi
identitas kebenaran obat, yaitu mencocokan nama, nomor register, alamat, dan
program pengobatan pada pasien.
11. Melihat cara pemberian
atau jalur obat pada label yang ada sebelum memberikannya ke pasien.
12. Pemberian
obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogamkan, karena berhubungan
dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat (A.Aziz Alimul
Hidayat,2009).
13. Dokumentasi
snagat penting, jadi setelah memberikan obat kita harus segera memberikan obat
ke format dokumentasi dengan benar. Fungsi dokumentasi adalah sebagai catatan
perkembangan pasien dan sebagai alat untuk bukti melakukan tindakan
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,
Eny Retna dan Tri Sunarsih. 2009. KDPK
Kebidanan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Uliyah,
Musrifatul dan Azis Alimul Hidayat. 2006. Keterampilan
Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
medicafarma.blogspot.co.id/2009/01/injeksi.html?m=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar