Minggu, 12 Maret 2017

Safe Preparation Of Parenteral medications (Persiapan yang Aman dari Obat Parenteral)



Disusun oleh   :            Nikmah Riska Utami               (P07120116022)
                                   Ica Oktavia Cintya Devi          (P07120116023)
                                   Akhwatia Nur Fitriana             (P07120116024)



A.  Definisi Pemberian Obat Secara Parenteral/Injeksi
Pemberian obat parenteral/injeksi merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh atau pembuluh darah dengan menggunakan spuit. Pemberian obat parenteral dapat menyebabkan resiko infeksi. Resiko infeksi dapat terjadi bila bidan tidak memperhatikan dan melakukan teknik aseptik dan antiseptik pada saat pemberian obat.
Obat diberikan secara parenteral/injeksi jika obat tersebut tidak dapat diabsorpsi, atau diabsorpsi terlalu lama bila diberikan dengan cara lain. Ada beberapa cara pemberian obat secara injeksi yaitu secara intra vena, intra muscular, intra cutan, sub cutan. Peralatan yang dibutuhkan yaitu
1.      Spuit. Spuit terdiri atas tabung silinder dengan ujung uang didesain cocok dengan jarumnya.
2.      Needle. Jarum tersedia dalam kemasan tersendiri agar dapat memilih jarum yang tepat untuk klien. Beberapa jarum telah terpasang pada spuit. Kebanyakan jarum terbuat dari stainless dan semuanya sekali pakai (disposable).
3.      Obat. Bisa dalam wadah berupa ampul atau vial.

Adapun prinsip-prinsip pemberian obat yang benar meliputi 6 hal, yaitu:
1.      Benar pasien adalah memastikan dengan cara memeriksa identitas pasien dan harus dilakukan setiap akan memberikan obat.
2.      Benar obat adalah memastikan pasien setuju dengan obat yang telah diberikan berdasarkan kategori perintah pemberian obat yaitu perintah tetap (standing order), perintah satu kali (single order), perintah PRN (jika perlu), perintah segera (segera).
3.      Benar dosis adalah dosis yang diberikan pada pasien tertentu sesuai dengan penyakit dan kebutuhan penyembuhan.
4.      Benar waktu adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan pada waktu yang telah dianjurkan untuk diminum oleh pasien.
5.      Benar rute adalah disesuaikan dengan tingkat penyerapan tubuh pada obat yang telah diresepkan.
6.      Benar dokumentasi adalah meliputi nama, tanggal, waktu, rute, dosis, dan tanda tangan atau initial petugas.

B.  Macam Pemberian Obat Secara Parenteral/Injeksi
1.      Injeksi Intracutan/Intraderma(IC/ID)
Merupakan suntikan pada lapisan dermis atau di bawah epidermis/permukaan kulit dengan mengunakan spuit. Tempat injeksi ada di Lengan bawah bagian dalam, dada bagian atas, punggung di bawah spatula.
Peralatan yang digunakan :


a. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
b. Kapas alkohol
c. Sarung tangan
d. obat yang sesuai
e. Spuit 1 ml
f. Pulpen/spidol
g. Bak spuit
h. Baki obat
i. Bengkok


Prosedur kerja :
1.      Cuci tangan dan siapkan obat dengan  benar
2.      Identifikasi klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
3.      Atur kien pada posisi yang nyaman
4.      Pakai sarung tangan
5.      Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa gatal
6.      Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering. Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme.
7.      Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
8.      Buka tutup jarum
9.      Tempatkan ibu jari dengan tangan non dominan sekitar 2,5 cm dibawah area penusukan, kemudian tarik kulit.
10.  Dengan ujung jarum menghadap keatas dan menggunakan tangan dominan, masukkan jarum tepat di bawah kulit dengan sudut 150
11.  Masukkan obat perlahan-lahan, perhatikan adanya jendalan (jendalan harus terbentuk)
12.  Cabut jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan
13.  Usap pelan-pelan area penyuntikkan (jangan melakukan massage pada area penusukan).
14.  Buat lingkaran dengan diameter 2,5 cm disekitar jendalan dengan menggunakan pupen. Intruksikan klien untuk tidak menggosok area tersebut.
15.  Observasi kulit adanya kemerahan atau bengkak jika test alergi, observasi adanya reaksi sistemik (misalnya sulit bernafas, berkeringat dingin, pingsan, mual, muntah).
16.  Kembalikan posisi klien
17.  Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
18.  Cuci tangan
19.  Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
20.  Kaji kembali klien dan tempat injeksi setelah 5 menit, 15 menit dan selanjutnya secara periodik.

2.      Injeksi Intra Muscular (IM)
Injeksi intramuskular adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam jaringan otot dengan menggunakan spuit. Tempat injeksi ada di daerah lengan atas (Deltoid), pada daerah Dorsogluteal (Glupeusmaximus), pada daerah bagian luar (Vastus Lateralis), pada daerah bagian depan (Rectus Femoris).
Peralatan yang digunakan :


a.       Buku catatan atau pemberian obat
b.      Kapas alkohol
c.       Sarung tangan disposibel
d.      Obat yang sesuai
e.       Spuit 2-5 ml
f.       Needle
g.      Bak spuit
h.      Baki obat
i.        Plester\
j.        Kassa steril
k.      Bengkok


Prosedur kerja :
1.      Cuci tangan dan siapkan obat sesuai dengan prinsip 6 benar
2.      Identifikasi klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
3.      Atur klien pada posisi yang nyaman sesui dengan kebutuhan
4.      Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan atau rasa gatal
5.      Pakai sarung tangan
6.      Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas dengan menggunakan dengan gerakan sirkuler dan arah keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering. Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme.
7.      Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan
8.      Buka tutup jarum
9.      Tarik kulit ke bawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan dengan tangan non dominan
10.  Dengan cepat masukkan jarum dengan sudut 900 dengan tangan dominan, masukkan sampai pada jaringan otot
11.  Melakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan tangan dominan menarik plungger
12.  Observasi adanya darah pada spuit
13.  Jika tidak ada darah masukkan obat perlahan-lahan
14.  Jika ada darah, tarik kembali jarum dari kulit
15.  Tekan tempat penusukan selama 2 menit
16.  Observasi adanya hematoma atau memar
17.  Jika perlu berikan plaster
18.  Siapkan obat yang baru, mulai dengan langkah pertama, pilih area penusukan yang baru
19.  Cabut jarum perlahan-lahan dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, maka tekan area tersebut dengan menggunakan kassa steril sampai darah berhenti
20.  Kembalikan posisi klien
21.  Buang perlahan yang tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya masing-masing
22.  Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

3.      Injeksi Intra Vena(IV)
Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit. Pemberian obat secara intra vena ditujukan untuk mempercepat reaksi obat, sehingga obat langsung masuk ke sistem sirkulasi darah. Pemberian obat ini dapat dilakukan langsung pada vena atau pada pasien yang dipasang infus, obat dapat diberikan melalui botol infus atau melalui karet pada selang infus tempat penyuntikan yaitu pada vena yang dangkal dan dekat dengan tulang. Tempat injeksi ada pada lengan (vena basalika dan vena sefalika), pada tungkai (vena saphenous), pada leher (vena jugularis), pada kepala (vena frontalis/vena temperalis).
Peralatan yang digunakan :


a.       Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
b.      Kapas alkohol
c.       Sarung tangan
d.      Obat yang sesuai
e.       Spuit 2 ml- 5 ml
f.       Bak spuit
g.      Baki obat
h.      Plester
i.        Perlak pengalas
j.        Pembendung vena (torniquet)
k.      Kassa steril (bila perlu)
l.        Bengkok



Prosedur kerja :
1.      Cuci tangan dan siapkan obat dengan prinsip 6 benar
2.      Identifikasi klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
3.      Atur klien pada posisi yang nyaman
4.      Pasang perlak pengalas
5.      Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
6.      Letakkan pembendung
7.      Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekauan, peradangan, atau rasa gatal. Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan
8.      Pakai sarung tangan
9.      Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering. Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme.
10.  Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan
11.  Buka tutup jarum
12.  Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukkan dengan tangan non dominan. Membuat kulit menjadi lebih kencang dan vena tidak bergeser, memudahkan penusukan
13.  Pegang jarum pada posisi 300 sejajar dengan vena yang akan ditusuk perlahan dan pasti
14.  Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum kedalam vena
15.  Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan baral dari spuit dan tangan dominan menarik plunger.
16.  Observasi adanya darah pada spuit
17.  Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan-lahan
18.  Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan.
19.  Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberikan betadin
20.  Kembalikan posisi klien
21.  Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
22.  Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

4.      Injeksi Sub Cutan(SC)
Injeksi subcutan adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam jaringan subcutan dibawah kulit dengan menggunakan spuit. Injeksi sub cutan diberikan dengan menusuk area dibawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak dibawah dermis. Pada pemberian injeksi sub cutan jangka lama, perlu direncanakan untuk diberikan secara rotasi pada area yang berbeda. jenis obat yang lazim diberikan secara sub cutan adalah yaksin, obat-obatan preoperasi, narkotik, insulin, dan heparin. Tempat injeksi ada di lengan bagian atas luar, paha depan, daerah abdomen, area scapula pada punggung bagian atas, daerah ventrogluteal dan dorsogluteal bagian atas.
Peralatan yang digunakan :


a.       Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
b.      Kapas alkohol
c.       Sarung tangan
d.      Obat yang sesuai
e.       Spuit 2ml
f.       Bak spuit
g.      Baki obat
h.      Plester
i.        Kassa steril(bila perlu)
j.        Bengkok


Prosedur kerja :
1.      Cuci tangan dan siapkan obat sesuai dengan prinsip 6 benar
2.      Identifikasi klien
3.      Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
4.      Atur klien pada posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhan
5.      Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan
6.      Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa gatal. (area penusukan yang utama adalah pada lengan bagian atas dan paha anterior)
7.      Pakai sarung tangan
8.      Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol dengan gerakan sirkular dan arah keluar dengan diameter sekitar 5cm. Tunggu sampai kering. Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme.
9.      Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan
10.  Buka tutup jarum
11.  Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari tangan non dominan
12.  Dengan ujung jarum menghadap keatas dan menggunakan tangan dominan masukkan jarum dengan sudut 450 atau menggunakan sudut 900 (untuk orang gemuk). Pada orang gemuk jaringan subcutannya lebih tebal
13.  Lepaskan tarikan tangan non dominan
14.  Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit.
15.  Jika tidak ada darah masukkan obat perlahan-lahan
16.  Jika ada darah, tarik kembali jarum dari kulit
17.  Tekan tempat penusukan selama 2 menit
18.  Observasi adanya hematoma atau memar
19.  Jika perlu berikan plester
20.  Siapkan obat yang baru,mulai dengan langkah pertama, pilih area penusukan baru
21.  Cabut jarum perlahan-lahan dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan
22.  Jika terdapat perdarahan,maka tekan area tersebut dengan menggunakan kassa steril sampai darah berhenti.
23.  Kembalikan posisi klien
24.  Buang peralatan yang tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya masing-masing
25.  Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

C.  Sistem keamanan persiapan
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat menyiapkan obat:
-          Saat menyiapkan beberapa obat seperti heparin, insulin, digoxin lakukan pemeriksaan ulang. 
-          Jangan membuka bungkus obat jika dosis obat belum pasti. Buka sebelum diberikan pada klien. 
-          Ketika menyiapkan obat topikal, nasal, opthalmic dan obat-obat dan kardus obat, ambil obat dari kotaknya dan periksa label untuk memastikan isinya sesuai.
-          Saat mengambil pil dan botol, tuangkan pil tersebut pada tutupnya kemudian letakkan pada tempat obat. 
-          Tuangkan obat cair tidak pada bagian labelnya. Baca jumlah obat yang dituang pada dasar meniscus.  
-          Pisahkan obat-obat yang memerlukan data pengkajian awal, seperti tanda vital.
-          Periksa tanggal kadaluarsa obat saat menyiapkannya.
Obat dalam ampul dan vial dipersiapkan dengan menggunakan teknik aseptik dan diberikan melalui parenteral. Sebelumnya perlu diperhatikan dan dikaji kondisi larutan (kejernihan cairan, adanya/tidaknya endapan, warna cairan sesuai dengan label) serta tanggal kadaluarsa obat pada label vial. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyiapkan obat dan vial:
-          Jika obat perlu dicampurkan, ikuti petunjuk pada vial
-          Pertahankan kesterilan spuit, jarum dan obat saat menyiapkannya.
-          Perlu pencahayaan yang baik saat menyiapkan obat ini.
-          Buang bekas ampul pada tempat khusus setelah dibungkus dengan kertas tissue
D. Bentuk dosis parenteral
Obat yang disuntikkan ke dalam tubuh dapat berupa larutan cair atau suspensi. Larutan cair disiapkan dalam tiga bentuk : ampul, vial dan unit disposible. Untuk memberikan obat melalui parenteral ini diperlukan spuit yang ukurannya bervariasi dari 0,5 ml nirigga 50 ml. Spuit yang lebih dari 5 ml jarang digunakan untuk menyuntik SC atau IM. Spuit yang lebih besar biasanya digunakan untuk menyuntikkan obat melalui IV. Spuit insulin berukuran 0,5 - 1 ml dan dikalibrasi dalam unit. Spuit tuberkulin berukuran 1 ml dan dikalibrasi dalam mililiter. Spuit tuberkulin ini digunakan untuk memberikan obat dibawah ml.
Komposisi Injeksi :
1.      Bahan aktif
2.      Bahan tambahan
a. Antioksidan
Garam-garam sulfurdioksida, termasuk bisulfit, metasulfit dan sulfit adalah yang paling umum digunakan sebagai antioksidan. Selain itu digunakan :
-          Asam askorbat
-          Sistein
-          Monotiogliseril
-          Tokoferol

b.      Bahan antimikroba atau pengawet


·      Benzalkonium klorida
·      Benzil alkohol
·      Klorobutanol
·      Metakreosol
·      Timerosol
·      Butil p-hidroksibenzoat
·      Metil p-hidroksibenzoat
·      Propil p-hidroksibenzoat
·      Fenol



c.       Buffer
-          Asetat
-          Sitrat
-          Fosfat

d.      Bahan pengkhelat
Garam etilendiamintetraasetat (EDTA)

e.       Gas inert
·      Nitrogen
·      Argon

f.       Bahan penambah kelarutan (Kosolven)


-          Etil alkohol
-          Gliserin
-          Polietilen glikol
-          Propilen glikol
-          Lecithin



g.      Surfaktan
·      Polioksietilen
·      Sorbitan monooleat

h.      Bahan pengisotonis
-          Dekstrosa
-          NaCl

i.        Bahan pelindung
·      Dekstrosa
·      Laktosa
·      Maltosa
·      Albumin serum manusia

j.        Bahan penyerbuk
-          Laktosa
-          Manitol
-          Sorbitol
-          Gliserin

3.      Pembawa
a.       Pembawa air
Menggunakan air untuk injeksi. Air yang digunakan untuk injeksi harus memenuhi syarat kimia dan fisika yaitu :


§  Bebas mikroba
§  Bebas pirogen
§  pH =5,0 - 7,0
§  Jernih
§  Tidak berwarna
§  Tidak berbau
§  Bebas partikel



b.      Pembawa nonair dan campuran


o  Minyak nabati
o  Minyak jagung
o  Minyak biji kapas
o  Minyak kacang
o  Minyak wijen



c.       Pelarut bercampur air
§  Gliserin
§  Etil alkohol
§  Propilen glikol
§  Polietilenglikol 300

E. Persiapan dari Obat Parenteral
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat menyiapkan obat :
1.      Saat menyiapkan beberapa obat seperti heparin, insulin, digoxin lakukan pemeriksaan ulang.
2.      Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya petugas medis harus memerhatikan kebenaran obat sebanyak 3x, yakni : ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat di programkan, dan mengembalikan obat ketempat penyimpanan.
3.      Penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus : alat untuk membelah tablet; dan lain-lain. Dengan demikian, perhitungan dosis benar untuk diberikan ke pasien.
4.      Jangan membuka bungkus obat jika dosis obat belum pasti. Buka sebelum diberikan pada klien.
5.      Ketika menyiapkan obat topikal, nasal, opthalmic dan obat-obat dan kardus obat, ambil obat dari kotaknya dan periksa label untuk memastikan isinya sesuai.
6.      Saat mengambil pil dan botol, tuangkan pil tersebut pada tutupnya kemudian letakkan pada tempat obat.
7.      Tuangkan obat cair tidak pada bagian labelnya. Baca jumlah obat yang dituang pada dasar meniscus.
8.      Pisahkan obat-obat yang memerlukan data pengkajian awal, seperti tanda vital.
9.      Periksa tanggal kadaluarsa obat saat menyiapkannya.
10.  Mengidentifikasi identitas kebenaran obat, yaitu mencocokan nama, nomor register, alamat, dan program pengobatan pada pasien.
11.  Melihat cara pemberian atau jalur obat pada label yang ada sebelum memberikannya ke pasien.
12.  Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogamkan, karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat (A.Aziz Alimul Hidayat,2009).
13.  Dokumentasi snagat penting, jadi setelah memberikan obat kita harus segera memberikan obat ke format dokumentasi dengan benar. Fungsi dokumentasi adalah sebagai catatan perkembangan pasien dan sebagai alat untuk bukti melakukan tindakan



DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna dan Tri Sunarsih. 2009. KDPK Kebidanan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Uliyah, Musrifatul dan Azis Alimul Hidayat. 2006. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
medicafarma.blogspot.co.id/2009/01/injeksi.html?m=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar